Mohon tunggu...
Fatihnokturnal
Fatihnokturnal Mohon Tunggu... Pelajar -

Orang malam yang membicarakan terang ngefapfapfap.wordpress.com Al Ain, UAE

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khutbah di PEA yang Sama Rata

6 Mei 2016   17:52 Diperbarui: 6 Mei 2016   18:00 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

khutbah jum'at 

“Dalam kela di sekolah-sekolah di Indonesia, jika guru bertanya, “How are you?” pasti berjuta-juta murid di Indonesia menjawabnya sama, “I’m fine!” – Anies Baswedan

Ah, udah lama gak nulis di Kompasiana.

Saat pergi ke Fujairah (salah satu kota di PEA, saya tinggalnya di kota bernama Al-Ain) Jum’at lalu dan sholat Jum’at di mesjid di daerah sana, saya merasa enak banget dengan khutbahnya.

Saya merasa heran, khutbahnya ini bisa dibilang ‘padet’ banget dan gak sok-sok dipanjangin. Jadinya orang-orang yang ngeliat kayak gue gak jenuh sampe ujung-ujungnya ngelamun atau ketiduran sambil duduk.

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-Isra’ : 1)

“(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba yang banyak bersyukur” (Q.S Al-Isra’: 3)

Yang dia bahas adalah dua ayat dari surat Al-Isra’ diatas berhubungan dengan adanya peringatan hari Isra’ Mi’raj di hari Rabu ini. Dia menjelaskan bahwa setinggi-tingginya derajat Muhammad SAW. Atau Nuh AS. Di muka bumi ini di matanya mereka hanyalah hambanya (di ayat pertama disebutkan “yang telah memperjalankan hamba-Nya” dan di ayat yang bawahnya “dia adalah hamba yang banyak bersyukur). Gak banyak dalil dan bukan tipe khutbah yang ‘gak jelas mana kepala mana ekor’.

Saat memerhatikan dengan seksama, barulah saya sadar bahwa dia khutbah dengan tidak membawa kertas di tangannya.

Lah, apa hubungannya?

Sekedar informasi, di PEA (Persatuan Emirat Arab), hampir seluruh khutbah mesjidnya itu isinya sama, dan guru saya pernah memberitahu bahwa khutbah disini itu udah ‘diatur’ sama kalangan atas menjadi ‘sama rata’ di seluruh daerah PEA dan khotib bahkan bisa masuk penjara jika mengubah sedikit saja isi didalamnya.

Makanya heran sama yang khutbah kemaren, entah khotibnya mandiri atau entah disini ada sejenis ‘mesjid negeri’ dan ‘mesjid swasta’, gak tau juga. Tapi yang jelas di banyak mesjid lain saya lihat khutbahnya sama semua; isinya bertele-tele, ngebawa banyak dalil yang konteksnya kemana-mana sampe orang juga pikirannya jadi kemana-mana.

Baru Jum’at kemaren saya liat khotib yang khutbah pake isi kepalanya sendiri. Dan saya rasa begitulah bagaimana ulama’ seharusnya, bukankah ulama jika dibahasa Indonesiakan berarti orang yang berilmu? Orang berilmu apa yang khotbah cuman ngikut isi kertas?

Kalo gak pengen disusupin sama Syi’ah atau sekte-sekte yang membawa ajaran terorisme, ya wong ya diseleksi syekh-syekh yang jadi khotibnya, bukan khotbahnya yang disama ratakan.

Yah, jadi baper. Sebenarnya gak ada niat ngeritik pemerintah PEA, sih (toh kalaupun ngeritik gak yakin bakal nyampe ke telinganya Syekh Khalifa bin Zayed). Nulis gini biar jadi pembelajaran buat semua aja, bahwa yang sejenis ‘khutbah sama rata gini gak baik’.

By the way, disini panas banget, kerasa banget tadi pas pergi ke mesjid buat sholat Jum’at, kayaknya kalo naro telor di tengah jalan mateng dah.

Huft, jadi pengen cepat-cepat pulang ke Indonesia kalo kayak gini mah, mana liburan di Indonesia masih dua bulan lagi.

Indonesia, how are you?

-----------------------------------------------------

Sumber Gambar: al-badar.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun