“Kenapa diam, kau takut, pengecut!?”
“Hey, kau tidak usah sombong!” Sahut si Shika, seekor rusa jantan.
“Iya, jangan beraninya kau sama kura-kura yang larinya lamban!” sahut si Chitos, seekor cheetah.
Tapi akhirnya Raku menerima tantangan itu, walaupun dia dikenal tidak percaya diri tapi adalah sebuah pantangan di hutan yang dipimpin oleh Edan si singa yang tegas untuk menyerah ketika dipanggil pengecut meskipun nantinya akan kalah; atau gelar itu akan dilekatkan padanya seumur hidup.
Esok harinya di lapangan rumput yang sama, dengan Rabu si rubah sebagai wasit.
Aci langsung berlari begitu kencang sampai tak terlihat begitu peluit berbunyi.
Setelah memastikan kura-kura tertinggal jauh di belakang, kelinci berhenti dan beristirihat di salah satu pohon yang teduh.
“Sekarang dia harus memilih,” batinnya. “Apakah dia mau membangkitkan rasa percaya dirinya atau memilih dipanggil pengecut seumur hidup”
Aci tau bahwa jika Raku memutuskan menyerah maka itu hanya akan membuat dirinya semakin tidak percaya diri. Tapi inilah hal yang harus dilakukannya agar kura-kura nantinya benar-benar percaya diri. Seperti pedang bermata dua.
Tapi Aci lega saat melihat Raku mulai berlari (walaupun lebih seperti berjalan) dengan susah payah mendekatinya setelah beberapa saat, sambil pura-pura tidur ia melihat Raku yang ‘berlari’ melewatinya.
Saat Raku sudah mendekati garis finish, Aci pura-pura terbangun lalu mulai mengejar si Raku, tapi dia tahu bahwa pada akhirnya Raku lah yang akan menang; dan itulah yang terjadi.