Mohon tunggu...
Fany Nur Gani
Fany Nur Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi semester 5

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Laki-Laki Mapan Sedikit, Perempuan Independen Banyak : Realitas atau Perspektif Baru

17 Desember 2024   15:10 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:48 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam beberapa bulan terakhir, kita sering mendengar pernyataan bahwa semakin sedikit laki-laki yang dianggap mapan dibandingkan dengan perempuan independen yang semakin meningkat. Fenomena ini mengundang berbagai respon dari masyarakat, bagi laki-laki hal ini menjadi tekanan sosial, di sisi lain hal ini merupakan suatu kebanggan bagi para perempuan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah fenomena ini menjadi suatu realitas yang dapat diukur atau hanya perspektif baru yang diakibatkan adanya perubahan sosial?

Perubahan Peran Gender di Masyarakat

Pada saat dahulu, perempuan hanya diharuskan untuk mengurus rumah tangga saja tanpa harus bekerja karena hal tersebut sudah menjadi tugas laki-laki untuk menjadi tulang punggung keluarga. Namun rupanya paradigma tersebut telah berubah, pada saat ini perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi dan pekerjaan, bahkan seperti sudah menjadi kewajiban bagi seorang wanita untuk mempunyai pekerjaan yang layak. Hal inilah yang membuat banyaknya perempuan mandiri secara finansial, sehingga banyak Perempuan yang melampaui pencapaian laki-laki dalam karier maupun Pendidikan.

Sebaliknya, tekanan sosial dirasakan oleh laki-laki untuk menjadi “mapan”. Standar “mapan” bagi laki-laki mencakup stabilitas finansial, memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan yang tetap, dan kesiapan mental dalam membina keluarga. Bagi Sebagian laki-laki, hal ini menjadi tantangan tersendiri jika tidak bisa memenuhi standar tersebut, terutama dalam konteks ekonomi yang semakin kompetitif. 

Realitas atau Hanya Persepsi?

Fenomena ini tampaknya bukan hanya sekedar asumsi belaka. Namun dibuktikan oleh beberapa data yang mendukung argument tersebut. Menurut laporan BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah Perempuan yang mengenyam Pendidikan tinggi telah meningkat signifikan. Presentase perempuan yang berpendidikan SMA ke atas di Indonesia pada tahun 2023 adalah 37,60%. Presentase ini mengalami peningkatan sebesar 0,65% dibandingkan tahun sebelumnya. Banyak perempuan yang memasuki dunia kerja dan menempati posisi yang strategis dalam organisasi atau Perusahaan tersebut.

Namun, apakah dengan hal ini berarti laki-laki mapan semakin sedikit? tidak juga. Yang sebenarnya terjadi adalah lebih kepada bagaimana cara kita memandang peran laki-laki dan Perempuan. 

Dahulu perempuan hanya mengurus rumah tangga sedangkan saat ini banyak perempuan bekerja,sehingga ketika perempuan mempunyai penghasilan dianggap independen karna dapat memenuhi kebutuhan nya sendiri padahal kodrat perempuan yaitu dinafkahi. sedangkan laki-laki ketika bekerja dan memiliki penghasilan dianggap biasa saja karna memang kewajibannya, serta dikatakan mapan ketika mempunyai penghasilan yang besar, mempunyai rumah, kendaraan dan lainnya atau dalam artian laki-laki tersebut kaya raya. Oleh karna itu, muncul pernyataan perempuan independen banyak, laki laki mapan sedikit.

Realitanya kata independen berati dapat mandiri dan memang suatu hal yang dasar dimiliki oleh seorang manusia untuk mandiri baik laki laki dan perempuan, sedangkan  kata mapan menurut KBBI berarti tidak goyah, jadi mapan bukan berarti kaya raya yaitu ketika laki laki  dapat memenuhi kebutuhan  keluarganya jadi berapapun penghasilannya dapat dikatakan mapan ketika dapat bertanggung jawab untuk keluarganya. Sebagai contoh pedagang kaki lima yang memiliki penghasilan tidak menentu tapi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya pedagang tersebut dapat dikatakan mapan.

Apa Itu Sukses?

Seiring waktu makna dari kata sukses menjadi berubah. Dahulu, sukses bagi laki-laki berarti mempunyai penghasilan yang cukup dan dapat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Sementara itu, bagi perempuan sukses seringkali diukur dari seberapa baik perempuan ketika menjadi seorang ibu rumah tangga.

Namun, saat ini makna dari kata sukses semakin beragam. Perempuan yang mandiri dianggap sukses karena mampu menentukan jalan hidup sendiri. Laki-laki sukses tidak hanya diukur dari finansial, namun bagaimana seorang laki-laki dapat membangun hubungan yang sehat dan memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Tantangan Baru

Meskipun demikian, perubahan yang terjadi ini tidak selalu mudah. Perempuan yang mandiri seringkali mendapatkan stigma negatif, salah satu contohnya yaitu dianggap terlalu ambisius dan sulit diajak berkompromi. Di sisi lain, laki-laki yang belum mapan juga seringkali dipandang negatif, yaitu dianggap sebagai laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan meski terdapat perubahan zaman, terkadang pola pikir kita masih terjebak di masa lalu. Baik laki-laki maupun Perempuan seringkali merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

Apa Dampaknya Bagi Masyarakat?

Perubahan ini tentu berdampak bagi Masyarakat. Saat ini, banyak pasangan yang memilih bertanggung jawab secara setara baik dalam hal keuangan maupun pekerjaan rumah tangga. Namun ada juga masyarakat yang lebih nyaman dengan peran laki-laki dan Perempuan yang semestinya, yaitu Perempuan mengurus rumah tangga, sementara laki-laki bertanggung jawab secara penuh untuk mencari nafkah.

Yang terpenting adalah bagaimana perubahan ini dapat menjadi peluang bagi laki-laki dan Perempuan dalam membina hubungan yang lebih harmonis. Laki-laki dan Perempuan dapat saling mendukung tanpa harus terjebak oleh stereotip lama.

Kesimpulan

Jadi, apakah benar laki-laki mapan semakin sedikit sedangkan Perempuan independent semakin banyak? Ini bukanlah soal jumlah melainkan bagaimana cara kita memandang suatu perubahan.

Pada saat ini kita sedang hidup di era Perempuan memiliki kebebasan yang lebih besar dibandingkan dengan pada saat dahulu kala, sementara laki-laki mulai mendefinisikan ulang arti kesuksesan. Sebenarnya kondisi ini bukanlah suatu hal yang buruk, tetapi menjadi kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk memiliki kesetaraan dalam karier maupun Pendidikan, sama-sama berbagi tanggung jawab secara emosional maupun finansial. Perempuan yang mandiri tidak lagi dianggap negatif karena ambisi mereka serta laki-laki yang belum mapan bukan berarti gagal.

Fenomena ini, baik sebagai realitas maupun persepsi, mengajarkan kita untuk berpikir lebih terbuka. Dengan adanya perubahan ini, kita perlu saling mendukung tanpa terjebak dalam stereotip. Yang terpenting adalah ketika laki-laki dan Perempuan memiliki hak yang sama untuk menentukan apa arti kesuksesan bagi mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun