Mohon tunggu...
Fany Mulyaningsih
Fany Mulyaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan Matematika, Program studi Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masa Depan Ujian Nasional di Dunia Pendidikan: Menilai relevansi Ujian Nasional dalam sistem pendidikan Indonesia di tengah perubahan zaman

20 Desember 2024   19:47 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian Nasional (UN) sudah terlalu lama dianggap sebagai tolak ukur utama dalam pendidikan di Indonesia. Setiap tahun, jutaan siswa harus melewati ujian ini untuk menentukan kelulusan mereka dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selama lebih dari sepuluh tahun, UN dianggap sebagai cara yang objektif untuk menilai kemampuan akademik siswa sekaligus menjadi alat evaluasi untuk menilai kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Namun, apakah masih relevan menjadikan ujian ini sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan pendidikan kita?,   Namun, seiring berkembangnya zaman dan dunia pendidikan yang semakin dinamis, keberadaan Ujian Nasional mulai menuai berbagai kontroversi. Banyak yang berpendapat bahwa Ujian Nasional lebih menekankan pada hasil akhir yang bersifat numerik, tanpa memberikan ruang bagi pengembangan kompetensi lain yang lebih holistik, seperti kreativitas, keterampilan sosial, dan karakter. Di sisi lain, ada juga yang menganggap bahwa Ujian Nasional memberikan tekanan mental yang besar bagi siswa, yang sering kali harus berhadapan dengan ekspektasi tinggi dari orang tua, sekolah, bahkan pemerintah.    Di tengah perkembangan kurikulum yang mengarah pada pembelajaran yang lebih berorientasi pada pemahaman dan pengembangan kompetensi, muncul pertanyaan besar: Apakah Ujian Nasional masih relevan dan efektif dalam menilai kualitas pendidikan? Atau apakah sudah waktunya untuk mereformasi sistem ujian ini, bahkan menggantinya dengan metode evaluasi yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman?
   Artikel ini bertujuan untuk membahas masa depan Ujian Nasional dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan mempertimbangkan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan dan tantangan yang dihadapi siswa, kita akan mengeksplorasi apakah Ujian Nasional masih merupakan alat yang tepat untuk menilai prestasi akademik atau justru perlu ada perubahan radikal untuk menciptakan evaluasi yang lebih komprehensif.


A. Sejarah dan Tujuan Ujian Nasional 
    

Ujian Nasional (UN) pertama kali diterapkan di Indonesia pada tahun 2003, sebagai langkah untuk menciptakan sistem evaluasi yang seragam di seluruh negeri. Sebelumnya, ujian kelulusan antar daerah berbeda-beda, yang menyebabkan kualitas evaluasi pendidikan sulit dibandingkan secara objektif. Dengan UN, pemerintah berharap bisa menciptakan standar pendidikan yang lebih tinggi dan memastikan setiap siswa yang lulus memiliki kompetensi dasar yang sama, tanpa dipengaruhi oleh lokasi sekolah atau daerahnya.     UN dimaksudkan sebagai alat ukur yang objektif untuk menilai kualitas pendidikan di Indonesia, sekaligus memberikan gambaran jelas tentang pencapaian kurikulum. Dengan sistem terstandarisasi, diharapkan siswa, baik yang berada di kota besar maupun di daerah terpencil, memiliki kesempatan yang setara untuk menunjukkan kemampuan akademik mereka. Tak hanya itu, UN juga menjadi indikator bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah. Sebagai syarat kelulusan, UN menjadi langkah penting bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik perguruan tinggi maupun pendidikan kejuruan.     Namun, setelah lebih dari satu dekade implementasi, semakin banyak suara yang mempertanyakan apakah UN masih menjadi cara paling efektif untuk mengukur kemampuan siswa. Meski UN telah membantu mengatasi ketidaksetaraan penilaian antar daerah, muncul kritik baru terkait dampaknya. Beban psikologis yang ditimbulkan oleh UN dan keterbatasannya dalam menilai kemampuan siswa secara menyeluruh semakin banyak dikeluhkan. Sistem yang terlalu fokus pada hasil ujian ini justru menekan siswa untuk meraih nilai tinggi, padahal proses belajar yang sebenarnya tidak selalu tercermin hanya dalam angka-angka yang mereka peroleh.
 
B. Kritik Terhadap Ujian Nasional

Ujian Nasional (UN) telah lama menjadi salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan Indonesia, namun tidak sedikit kritik yang ditujukan kepadanya. Meskipun UN bertujuan untuk menilai kemampuan akademik siswa secara seragam, banyak pihak merasa bahwa UN justru lebih banyak memberi dampak negatif daripada manfaat. Berikut beberapa kritik utama terhadap Ujian Nasional yang sering disampaikan oleh berbagai kalangan.


1. Terfokus pada Penghafalan, Bukan Pemahaman.     

Salah satu kritik terbesar terhadap Ujian Nasional adalah bahwa ujian ini lebih banyak mengukur kemampuan menghafal daripada pemahaman konsep. Soal-soal yang diujikan sering kali berfokus pada aspek kognitif yang bisa dipelajari dengan cara menghafal rumus atau fakta, bukan pada pemahaman mendalam yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau pengembangan keterampilan. Akibatnya, banyak siswa yang hanya belajar untuk lulus ujian tanpa benar-benar memahami materi yang mereka pelajari. Hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan yang sesungguhnya, yaitu untuk membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, bukan sekadar menghafal informasi. 

2. Tekanan Psikologis pada Siswa.     

Ujian Nasional sering kali menambah tekanan besar pada siswa. Bagi banyak siswa, UN bukan hanya soal kelulusan, tetapi juga menentukan masa depan mereka—apakah bisa melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak. Banyak siswa yang merasa cemas dan stres menjelang ujian karena hasil UN dianggap sebagai tolok ukur utama keberhasilan mereka di bidang pendidikan. Tekanan ini tidak hanya berdampak pada fisik, seperti kurang tidur atau masalah kesehatan lainnya, tetapi juga pada kesehatan mental. Stress, kecemasan, bahkan depresi menjadi masalah yang cukup sering dialami oleh siswa yang tengah mempersiapkan ujian nasional. 

3. Tidak Mencerminkan Kemampuan Siswa Secara Menyeluruh     

Ujian Nasional sering kali dinilai tidak mencerminkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Siswa yang memiliki kemampuan di luar bidang akademik seperti seni, olahraga, atau kemampuan interpersonal sering kali tidak dapat menunjukkan keunggulan mereka dalam ujian ini. Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan akademik yang terbatas pada beberapa mata pelajaran, padahal pendidikan yang berkualitas harusnya bisa mengembangkan potensi siswa secara holistik, termasuk
dalam bidang non-akademik. Keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan bekerja sama tidak bisa diukur hanya dengan soal-soal ujian.

4. Sistem yang Menjadi "Satu-satunya Penentu Kelulusan.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun