"Nek, ada cucumu. Katanya mau mengajak ngobrol"
Aku masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk di belakangnya dengan hati-hati. Terlihat jelas tubuhku sangat berbeda dengan tubuhnya. Tubuhku masih kuat dan tegak, sedang tubuhnya yang kecil itu hampir tak berdaya...
"Nek.. gimana kabar nenek.."
"Kabar nenek baik", sahutnya. Suaranya sudah tak sejernih suara yang kudengar dulu.
Kubelai rambut putihnya yang panjang, lalu kuraba kedua tangannya yang berurat itu. Sebentar-sebentar beliau memandang ke arahku, aku disenyumi olehnya.Â
"Nek, bolehkah aku mendengar ceritamu? Untuk sekali saja seumur hidupku", pintaku.
"Nenek sudah lupa-lupa inget", ucapnya.
Aku diam kemudian untuk mencari kata-kata apa lagi yang bisa kusampaikan padanya, tetapi kedua tanganku tak berhenti membelai rambutnya yang putih itu.Â
"Nek..", panggilku. Kusambung lagi, "Aku ingin nenek bisa seperti semula"
Nenek mendekatkan kepalanya ke arahku, mungkin ia tak mengerti maksudku.
"Sehat, nek, sehat.. Aku ingin nenek sehat..", bisikku padanya.