Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(Catatan Perjalanan 4): Naik Kereta Api Ekonomi Surabaya - Semarang

24 Desember 2016   11:17 Diperbarui: 24 Desember 2016   11:54 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejutan lain datang ketika petugas KA menawarkan makanan dan saya memesan nasi goreng. Ternyata yang dibawa nasi goreng 'instan' yang dikemas dalam wadah plastik apik dan dihidangkan setelah dipanaskan dengan microwave. Saya jadi ingat masa-masa jadi pelanggan setia kereta Parahyangan dulu ketika muncul isu bahwa nasi goreng yang disiapkan di kereta restorasi itu berasal dari sisa makanan penumpang sebelumnya, sehingga disarankan pesan sandwich saja kalau perlu makan di kereta. Baik wadah makanan maupun minuman di dalam kereta Maharani semuanya sekali pakai, sehingga higienisnya terjamin.

Kereta berhenti, menaikkan dan menurunkan penumpang di Lamongan, Babat, Bojonegoro, Cepu, Randublatung dan Ngrombo. Tidak lama, mungkin hanya sekitar 5 menit atau kurang di setiap persinggahan. Hal kontras yang saya ingat dengan KA ekonomi zaman dulu adalah absennya pedagang asongan yang keluar masuk kereta setiap kali berhenti. Selain menambah sesaknya dan sumuknya udara di kereta yang pengap beraroma keringat, kesemrawutan pedagang dan entah siapa saja yang hilir mudik di dalam gerbong setiap stasiun perhentian selalu menimbulkan kekuatiran akan keamanan barang-barang bawaan. Yang juga absen dari kereta ekonomi ini adalah praktis tidak pernah berhenti karena mendahulukan kereta lain menggunakan jalur - itu bagian yang paling menyebalkan di zaman saya jadi pengguna kereta api ekonomi dulu.

Ketika menggunakan kamar kecil terasa ruangan toilet sedikit pengap dan kumuh, tapi air mengalir dan pintunya bisa dikunci. Lumayanlah.  Ini jauh lebih baik dibandingkan salah satu kereta ekonomi yang pernah saya tumpangi dulu tak ada air dan lubang toiletnya langsung membuka ke jalur rel di bawahnya. 

Kejutan akhir yang juga menyenangkan dari KA Maharani, kereta api tiba di Stasiun Tawang Semarang sebelum pukul 10.30, sedikit lebih cepat dari jadwal. Empat jam 30 menit menempuh Surabaya - Semarang memang masih lebih lama daripada waktu tempuh Kereta Argo Anggrek yang cuma perlu 3 jam 24 menit atau Sembrani 3 jam 55 menit. Tapi, untuk setiap penghematan waktu dan kenyamanan yang ditambahkan tentu ada biayanya.  Dengan tarif yang hanya sekitar 1/6 tarif kereta eksekutif, bagi para penumpang yang tidak diburu waktu, tidak juga terlalu menuntut kenyamanan sekelas pesawat udara serta tidak juga punya reputasi kelas sosial yang harus dijaga, naik kereta api Maharani boleh jadi salah satu pilihan ketika bepergian dari Surabaya ke Semarang atau sebaliknya.

Well, Semarang, here we come. Thank you, Maharani. Naik kereta ekonomi juga bisa aman dan nyaman. Thank you, Pak Ignasius Jonan yang telah menginisiasi reformasi di perkeretaapian Indonesia. Bravo, PT KAI !

#sby-smg 23.12.2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun