Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Humor

XFI Final: It's Time to Taste The Food

23 Mei 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:07 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Ketika aku melintas di depan mall dalam perjalanan pulang ke rumah beberapa hari ini, aku menyaksikan hal yang tak biasa. Di sepanjang jalan sekitar mall ada baliho dan umbul-umbul promosi sate dan colenak. Ada rasa geli melihat promosi itu, karena isinya tak lazim.

Salah satu baliho menulis begini : "Colenak Granat ternikmat, terbuat dari singkong organik super, olahan superchef terhebat abad ini, mendapat pujian dari Bruno Mars (World Grenade Colenak President)."

Umbul-umbul dari pedagang yang satunya begini : "Sate terlezat di seantero Nusantara, terbukti membuat pipi seorang bupati menjadi merah merona tanpa blush-on dan berhasil memenangkan kontes kepala daerah tercantik di Indonesia"

Pelanggan pedagang colenak yang sudah terorganisir sangat menginginkan colenak tetap bertahan di mall itu. Mereka menempeli dinding mall dengan himbauan agar semua pengunjung mau mampir di lapak colenak dan membeli minuman dari Babah Cowel sebanyak-banyaknya.  Sementara itu, pendukung penjual sate tampaknya cuma ada sporadis. Entah karena mereka menganggap kans dagangan sate tak selaris colenak, mereka tak segiat pendukung pedagang colenak. Atau, mereka punya strategi rahasia yang tak diungkap ke publik.

Di samping poster yang sifatnya dukungan, ada poster-poster yang agak mengenyek salah satu pedagang. Nadanya seperti black campaign.

"Colenak tak enak. Tak ada saus, dicocolnya kemana ?" Ini tampaknya berkaitan dengan komplen sebagian pembeli ketika si pedagang colenak terlalu banyak order sampai lupa buat saus.

"Sate over bumbu. Awas! Kelebihan cabe buat diare!" Ini tampaknya berkaitan dengan kebiasaan si pedagang sate yang menambahkan terlalu banyak cabe di bumbu satenya.

Ternyata pertarungan antara kedua pedagang untuk memperebutkan lantai berjualan di XFI Food Court tidak berhenti di sekitar mall. Ada beberapa tetangga bercerita tentang forum-forum yang digelar untuk menganalisis peluang kedua pedagang. Kebanyakan memang sok ilmiah. Di forum diangkat isu-isu seperti :


  1. Fairkah menilai laris tidaknya dagangan makanan berdasarkan jumlah minuman yang dibeli ?
  2. Layakkah membandingkan pedagang sate yang turunan chef kambing guling dengan pedagang colenak yang tak pernah kursus kuliner ?
  3. Tidakkah pedagang sate lebih arif jika mengalah saja, karena dia sudah punya lapak di mall lain dan satenya sudah terkenal hingga Kazakhstan, dan memberi kesempatan kepada pedagang colenak yang masih pemula untuk mengembangkan bisnis perdananya di XFI Food Court ?

Aku sendiri tak peduli siapa yang akhirnya berhak mendapat center stage di XFI Food Court nantinya. Untukku, yang penting kalau colenak harus dicoCOL ENAK, sate pun harus diSAnTap Enak. Kalau memang enak, pastilah  dimanapun mereka berdagang akan dikerubuti pembeli dan aku akan mencarinya.

Ini cuma soal selera, kok harus dibuat rame sih ?

Begitulah. Keriuhan itu terus berlangsung sampai hari ini dan semoga berakhir besok. Setelah berakhir, mudah-mudahan orang-orang kembali menggunakan lidahnya secara proporsional untuk menikmati hidangan lezat yang dijual oleh para pedagang makanan.

Besok final XFI. Aku, keluarga, tetangga di seputaran Mall Arsitiai, dan seluruh XFI Food Court lover mengucapkan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun