Mohon tunggu...
Fanny Rofalina
Fanny Rofalina Mohon Tunggu... -

saving the world through writings

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerja Sama Pendidikan Indonesia–Finlandia: Reformasi Pendidikan Atau Kreasi Kilat?

2 Desember 2013   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:25 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama pendidikan dengan Finlandia untuk belajar dari negara dengan sistem pendidikan yang banyak dinilai terbaik di dunia saat ini. Hal ini disampaikan Sekretaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Ainun Naim, pada “Finnish-Indonesian Symposium on Education and The Role of Teachers” di Jakarta (8 Oktober).[1]

Kerja sama ini, meliputi pertukaran ilmu melalui forum dan seminar, serta program magang untuk guru, akademisi, dan pelajar Indonesia di Finlandia, begitu pula sebaliknya.

Ini bukanlah pertama kalinya Finlandia diundang oleh negara lain untuk berbagi ilmu mengenai sistem pendidikan mereka yang fenomenal. Sejumlah negara, termasuk Cina[2] dan Amerika Serikat[3], berbondong-bondong ingin belajar dari keunikan Finlandia.

Belakangan, Finlandia menarik mata dunia melalui survei-survei global mengenai kualitas hidup (Newsweek menasbihkan Finlandia sebagai negara dengan kualitas hidup No.1 tahun 2010). Sistem pendidikan nasional Finlandia telah menerima banyak pujian dan pengakuan karena di beberapa tahun belakang pelajar-pelajar Finlandia mendapatkan skor tes tertinggi sedunia.

Sorotan dunia ke sistem pendidikan nasional Finlandia berawal dari survei PISA. Survey ini dilaksanakan setiap 3 tahun sekali oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Survei ini membandingkan pelajar usia 15 tahun dari berbagai negara pada bidang baca-tulis, matematika, dan sains.

Finlandia meraih peringkat hampir teratas pada tiga kompetensi tersebut pada semua survei di tahun 2000, sejajar dengan para jenius dari Korea Selatan dan Singapura. Pada survei tahun 2009, Finlandia terpeleset sedikit, di mana pelajar dari Shanghai, China meraih skor terbaik tetapi pelajar Finlandia tetap nyaris teratas. Amerika Serikat tidak masuk 10 besar. Indonesia sendiri berada di peringkat 57 dari 65 negara. Hasil survey 2012 akan dirilis Desember 2013 ini.

Namun, apa yang membuat Finlandia begitu spesial? Dibandingkan dengan stereotipe model pembelajaran Asia (materi pelajaran padat yang harus dihafal penuh oleh siswa), keberhasilan Finladia sangat menarik. Sekolah-sekolah di Finlandia sangat sedikit memberikan PR (tidak lebih dari setengah jam waktu pengerjaan) dan lebih banyak melibatkan siswanya dalam aktivitas yang lebih kreatif.

Puluhan tahun lalu, ketika sistem sekolah Finlandia sangat membutuhkan reformasi, tujuan dari program yang diterapkan Finlandia (yang mengantarkan Finlandia pada kesuksesan kini) bukanlah mengejar keunggulan akademis (excellence), tapi kesetaraan (equity).Sebagian besar pelajar Finlandia mengenyam pendidikan di sekolah negeri, dari preschool hingga PhD. Namun, Finlandia menolak untuk disebut sebagai negara sosialis, baik secara sosial maupun ekonomi. Sektor privat diperbolehkan masuk (tidak seperti pada sistem sosialisme sejati), tapi pajak tinggi untuk membiayai semua layanan publik.

Jawaban dari realita Finlandia tampaknya bertentangan dengan pola pikir kapitalis Amerika ataupun para reformis pendidikan lainnya, tidak terkecuali Indonesia.

Finlandia tidak memiliki ujian nasional pada tiap jenjang pendidikan. Hanya terdapat Ujian Matrikulasi Nasional yang bersifat sukarela (tidak wajib) pada akhir jenjang sekolah menengah atas. Guru-guru di sekolah negeri Finlandia mendapatkan pelatihan khusus sehingga mampu menilai siswa menggunakan tes independen yang mereka ciptakan sendiri.

Sistem pendidikan Finlandia tidak menegakkan kurikulum, di mana setiap sekolah "harus mengajarkan kurikulum yang sama dengan metode yang sama pada jadwal yang sama." Kementerian Pendidikan meluncurkan "Kurikulum Dasar" yang fleksibel. Kurikulum Dasar ini berlaku sebagai dasar untuk setiap sekolah saat mereka mempersiapkan kurikulum sendiri, di mana mereka dapat berkreasi menekankan pada pedagogi tertentu.

Sistem pendidikan Finlandia juga tidak mengenal kompetisi. Pendorong utama dari kebijakan pendidikan bukanlah persaingan antar guru dan antar sekolah, tapi kerja sama.

Apakah kesuksesan sistem pendidikan Finlandia terlalu utopia bagi negara lain, khususnya bagi Indonesia? Terlalu mustahil?

Terlepas dari perbedaan dan keunikan tiap negara, Pasi Sahlberg (Direktur Mobilitas Internasional, Departemen Pendidikan Nasional Finlandia) menyatakan bahwa kisah kesuksesan Finlandia dapat dijadikan sebagai "pamflet harapan." Finlandia 20 tahun lalu adalah negara miskin yang bergantung pada sektor agrikultur. Namun, mereka berhasil bangkit dan hanya membutuhkan waktu hingga satu generasi. Komitmen kolektif nasional mengantarkan mereka hingga seperti sekarang.

Itulah kata kuncinya. Komitmen nasional.

Para pemerhati pendidikan di Indonesia sangat familiar dengan sistem pendidikan Finlandia yang impresif. Mereka menaruh harapan besar bahwa Indonesia dapat benar-benar belajar dari model pendidikan Finlandia, seperti yang terlihat dari banyaknya diskusi mengenai hal ini di berbagai forum pendidikan di Indonesia.

Tapi tentunya kita sadar bahwa kebijakan pendidikan negara dihasilkan oleh pemerintah. Apakah pemerintah Indonesia sungguh memiliki komitmen untuk mereformasi sistem pendidikan di Indonesia demi kemaslahatan rakyat, khususnya secara berkelanjutan? Atau ini hanya usaha untuk mengikuti tren belaka?

Skeptisisme terhadap model pendidikan Finlandia terletak pada argumen bahwa setiap negara unik, dengan sistem dan budayanya sendiri. Berbicara mengenai budaya, Indonesia sangat terkenal dengan tradisi dan budaya korupsinya yang mendarah daging.

Sejarah sekolah di Indonesia seakan sepakat dengan argumen tersebut. Dari masa Sinkretisme Buddha & Hindu-Syiwa hingga era kolonialisme, sekolah adalah tempat menggembleng individu demi melanggengkan kekuasaan kaum elit kerajaan atau memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah guna mengeruk keuntungan semaksimal mungkin bagi penjajah.

Sejak kemerdekaan, Indonesia telah melakukan pergantian kurikulum selama 10 kali, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terakhir pada pertengah 2013 lalu.[4] Kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan. Oleh karenanya, mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Lebih lanjut, setiap pergantian kurikulum atau model pendidikan berarti pendanaan baru, kebutuhan baru untuk melatih guru, dan sebagainya. Pergantian sistem pendidikan sangatlah mahal. Dan kini Indonesia mencari lagi “inspirasi” dari Finlandia.

Untuk pergantian Kurikulum 2013 terakhir saja, pemerintah menghabiskan $82.9 juta.[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikritik karena dianggap terlalu buru-buru menerapkan kurikulum hanya untuk menghabiskan anggaran pemerintah.[6]

Sekarang mari kita lihat hasil temuan ICW (Indonesia Corruption Watch). Hasil pemantauan selama satu dekade ICW menyimpulkan bahwa dana pendidikan kerap menjadi santapan segar para koruptor. Berdasarkan pemantauan tersebut, terungkap 296 kasus korupsi pendidikan dengan indikasi kerugian negara sebesar Rp 619 miliar.[7] Ini membuat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi institusi paling korup di Indonesia.

Melihat pola pada sejarah pendidikan dan kurikulum di Indonesia, hasil pantauan ICW, dan angka yang membelalakkan mata tersebut, sungguh menggelitik untuk bertanya apakah niat reformasi pendidikan dan kurikulum “impian” ini hanya inovasi kilat lain sebagai tameng korupsi pejabat yang sedang berkuasa, menunggu untuk diganti lagi 5 tahun ke depan oleh kreativitas pemerintah nantinya?

Referensi
[1]http://www.thejakartapost.com/news/2013/10/10/ri-looks-finland-model-reform-education.html
[2]http://www.cnbc.com/id/101032516
[3]http://www.theatlantic.com/national/archive/2011/12/what-americans-keep-ignoring-about-finlands-school-success/250564/
[4]http://www.slideshare.net/ikayunie/ppt-kurikulum-dan-permasalahnya-dalam-pendidikan-di-indonesia
[5]http://cogitasia.com/by-the-numbers-indonesias-new-school-curriculum/
[6]http://www.thejakartapost.com/news/2013/07/16/govt-rolls-out-new-national-curriculum-despite-criticism.html
[7]http://nasional.kompas.com/read/2013/08/28/1714520/ICW.Dana.Pendidikan.Jadi.Bancakan.Koruptor
http://www.slideshare.net/anannur/pendidikan-di-indonesia-pada-masa-penjajahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun