Mohon tunggu...
Fanisa LutfiAnggraini
Fanisa LutfiAnggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa perencanaan wilayah dan kota

201910501010

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dampak Alih Fungsi Lahan Menjadi Kawasan Pariwisata di Mojokerto

1 November 2020   19:19 Diperbarui: 1 November 2020   19:27 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan suatu rahasia apabila Mojokerto terkenal karena sejumlah obyek wisata yang ada. Mojokerto mempunyai wisata yang tergolong banyak. Mulai dari wisata berbasis sejarah yang ada di Trowulan Mojokerto hingga wisata berbasis outbond di Trawas. Semua wisata tersebut mendatangkan keuntungan bagi masyarakat sekitar untuk mencukupi kebutuhan.

Antusiasme para pengunjung wisata di Mojokerto sangat beragam, ada yang dating berkunjung karena penasaran ada pula yang berkunjung karena ingin menikmati suasana wisata. Wisata di Mojokerto terbilang cukup nyaman bagi para pengunjung.

Salah satu kawasan wisata yang terbilang paling popular adalah wisata Pacet. Pacet berada diantara gunung penanggungan dan gunung welirang. Wilayah pacet yang berada di pegunungan menyebabkan pacet menjadi obyek wisata yang digandrungi, karena selain unik juga tempatnya mampu memberikan kenyamanan.

Semakin luas wisata pacet dikenal oleh orang membuat warga sekitar mengembangkan dan memperbanyak wisata pacet. Sebagai contoh banyaknya pembukaan lahan untuk kawasan wisata baru. Tak hanya wisata sarana dan prasarana wisata juga ditambah oleh warga sekitar. Hal ini dilakukan agar pengunjung wisata merasa nyaman serta dapat menikmati wisata dengan baik. Pembukaan lahan ini yang awalnya hutan disulap menjadi tempat-tempat wisata yang mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar namun naas mendatangkan kerugian bagi alam.

Sebut saja pembukaan wisata baru yang masih dalam tahap pengerjaan di daerah hutan Sendi, Pacet. Memang di Sendi sedang marak pembukaan wisata baru serta pembukaan lahan untuk sarana wisata seperti parkir. Bukan suatu alasan Sendi merupakan jalur penghubung antara Mojokerto dengan Kota Batu sehingga rata-rata pengunjung wisata di Sendi juga akan ke Kota Batu. Tempatnya yanh dingin serta sejuk membuat para pengunjung nyaman dan betah berada disana. 

Kembali menyoal terkait pembukaan wisata baru setidaknya sudah ada 4 wisata baru yang berada di Sendi, salah satunya sedang dalam pengerjaan serta tahap renovasi. Kebanyakan dari wisata tersebut merupakan wahana selfie yang menyajikan pemandangan gunung serta pepohonan luas. Wisata baru yang sedang dalam tahap pengerjaan tersebut setidaknya mengambil lahan hutan yang berada di wilayah Sendi cukup luas.

Tak hanya wisata yang dibangun, banyak di sepanjang jalan Sendi juga dibangun warung singgah yang memungkinkan para pegunjung atau yang hanya lewat beristirahat sambil mendinginkan mesin kendaraan mereka. Dengan adanya bangunan tersebut beban alam akan bertambah. Hal ini menyebabkan alam akan kehilangan fungsinya.

Beralih ke lain daerah di wilayah Mojokerto yang juga terdapat kegiatan pembangunan wisata baru. Tepatnya berada di daerah Trawas. Sama seperti kawasan wisata dan Pacet, Trawas juga merupakan kawasan dataran tinggi yang mempunyai banyak potensi dibidang wisata. Jalur trawas yang merupakan jalur penghubung antara Mojokerto dengan Pasuruan menyebabkan Trawas juga dilalui banyak orang. 

Berbeda dengan kawasan Sendi, Trawas lebih banyak membuka lahan untuk caffe-caffe yang memiliki pemandangan gunung. Kafe dengan tema tersebut mampu membuat pengunjung betah karena selain nyaman, pengunjung juga dapat merasakan ketenangan merasakan keindahan pemandangan pegunungan. 

Sebut saja Waroenk geng Jurang yang baru-baru ini dibuka dan menjadi viral. Kafe dengan latar di hutan pinus dan pemandangan yang mengarah langsung ke jurang ini pun sangat ramai pengunjung karena penasaran dengan kafe yang berada di ujung jurang.

Tentu saja pembukaan wisata baru ini menyebabkan peralihan fungsi lahan yang awalnya digunakan sebagai hutan menjadi kawasan pariwisata. Hal ini menimbulkan kontroversi memang di satu sisi pembukaan wisata baru ini sebagai penyedia penghasilan bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Namun di sisi lain, lahan yang seharusnya bisa menjadi kawasan hutan yang asri dan penyedia oksigen harus ditebang demi pembukaan wisata baru. 

Menyikapi hal ini pemerintah mojokerto berupaya meminimalisirnya dengan pembukaan wisata yang berbasis konversi lahan. Langkah ini dinilai efektif agar dapat mencegah pengembangan wisata yang tidak dapat dikendalikan. Selain itu, upaya ini juga agar kerusakan lingkungan yang terjadi tidak semakin parah, sehingga dapat fokus pada penyelesaian masalah.  Dengan adanya wisata berbasis konversi tersebut diharapkan kebutuhan akan sektor pariwisata dapat terpenuhi namun juga dapat meminimalisir kerusakan alam.

Terkait kebijakan lahan di Mojokerto tentang izin pendirian bangunan haruslah diperhatikan dengan seksama supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Sudah semestinya pemerintah mencanangkan kebijakan yang tidak membawa kerugian bagi masyarakat dan lingkungan. Tak hanya itu kebijakan yang dibuat haruslah bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun