Sekitar tahun 2017. Saya baru kelas 9 SMP. Waktu itu saya sedang membaca sebuah buku di teras masjid sekolah. Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Sekolah sudah pulang dari jam 2 tadi. Sekarang sudah jam 4. Saya memamg sudah terbiasa dijemput terlambat. Seorang guru datang dan duduk di samping saya, mengenakan kaos kakinya usai sholat di dalam.
"Baca apa, mas?" Tanyanya melihat seorang anak SMP membaca buku setebel.
"Ini, Pak," saya menunjukkan cover novel yang digarap dengan apik itu, "novel filsafat."
Beliau terdiam sebentar sambil menali sepatunya.
"Ilmu ilmuwan-ilmuwan barat yaa. Hati-hati loo nanti jadi liberal. Banyak yang baca filsafat malah jadi ateis loo," katanya menyindir.
"Filsuf, Pak," koreksi saya, "di buku ini semua dipelajari, Pak. Mulai dari komunismenya Marx, rasionalismenya Descartes, sampai nihilsmenya Nietzsche."
Tali sepatunya rampung beliau tali. Tapi beliau tak kunjung beranjak.
"Tau nggak, Mas, Itu dulu ilmunya semua punya umat islam, lho, Mas. Dari ilmuwan-ilmuwan muslim di zaman kekhalifan Abbasiyah-Andalusia. Tapi semua pengetahuan itu dihancurkan orang kafir. Perpustakaan kita dibakar. Ilmu kita dicuri dan diakui sama mereka."
DEGG
Saya tau yang dimaksud pak guru itu adalah pembakaran perpustakaan Alexandria di Mesir dan perpustakaan di Baghdad. Peristiwa-peristiwa tersebut sudah akrab saya dengarkan di sekolah saya yang islam tersebut. Dan saya akui itu semua memang benar terjadi. Walau pada kenyataanya, situasi tidak sehitam-putih dan persis seperti yang dideskripsikan pak guru tersebut.
Namun yang lebih mengganggu benak saya, sejak pak guru tersebut mengatakan hal tersebut sampai hari ini, adalah ke-emoh-an umat ini buat bangkit. Lebih khususnya, bangkit secara budaya dan sains. Kita lebih suka mengutuk peristiwa tersebut. Menyesalinya. Melaknat 'orang kafir' yang melakukannya. Tapi kita sendiri enggan membangun kembali 'perpustakaan ilmu' tersebut. Semangat kita yang membara sebagai umat, acap kita habiskan cuma buat menunjukkan dominasi. Bukannya menjalani proses re-discovery dan sistesisme ilmu pengetahuan agar sesuai dengan zaman.