Mohon tunggu...
Fandy Ahmad Salim
Fandy Ahmad Salim Mohon Tunggu... Peternak - Lahir tahun 2003 dan selalu berusaha menggarap apa saja. Mulai dari tulisan, karya grafis, sampai usaha.

Pelajar di SMAN 1 Surakarta. Menulis, Membaca, dan merancang grafis. Penggemar karya sastra, non-fiksi dan karya lain. Dapat disapa lewat Instagram di @fandysalim_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persekusi pada Muslim Delhi dan Kecantikan Fasisme

1 Maret 2020   20:46 Diperbarui: 1 Maret 2020   20:50 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CAA menerakan bahwa para pengungsi dari negara-negara tetangga India, yaitu Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh bisa mendapat kewarganegaraan India. Terdengar bagus sejauh ini. 

Namun yang menjadi masalah adalah persyaratannya. Pengungsi yang diterima sebagai warga negara India hanyalah yang beragama  Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsi, dan Kristen. Islam, sebagai agama yang mendominasi dari 3 negara tersebut, tidak disebutkan. Ini tentu adalah diskriminasi dalam memperoleh kewarganegaraan.

Lebih lagi, warga negara India yang sudah sah mungkin akan diminta untuk membuktikan kewarganegaraannya. Sehubungan dengan Islam yang tidak dimasukkan sebagai salah satu agama yang diterima, kemungkinan umat islam yang sudah sah berwarga negara India sejak awal dapat kehilangan kewarganegaraannya.

Ini ngeri. Bayangkan di suatu pagi, kamu sedang bersantai di teras rumahmu. Istrimu sedang masak di dapur dan anakmu sedang nonton Spongebob di TV. Tiba-tiba, datang seorang petugas dari kelurahan, menanyakan agamamu sekeluarga. Dan setelah kamu menjawab, tiba-tiba si petugas kelurahan sudah memberitahu kalau kewarganegaraanmu telah gugur. Kamu tidak diakui negara. Hidup sebagai buangan di negaramu sendiri.

Maka tak kaget jika amandemen itu memicu pertentangan dari berbagai pihak. Dan yang paling santer adalah dari umat muslim.


Yang perlu digarisbawahi dan diingat di sini adalah konteks. Banyak media dalam negeri --terutama yang lantang mengusung nama media islam-- mereduksi konflik ini hanya sebatas "hindu vs muslim" saja. Padahal, ada konteks politik yang lebih mendasari. Lalu, baru akhirnya merambat jadi isu-isu sektarian (etnis, agama).

Takutnya, ini akan membawa fitnah dan ontran-ontran yang nggak enak dengan umat hindu di Indonesia. Lebih parah lagi, jika sampai ada persekusi. Kita banter sekali mengutuki penganiayaan di negeri sana, tapi kita sendiri juga tak kalah biadab di sini. Rodok, rodok, rodok, ora banget, Lur.

Akar Fasisme yang Sebenarnya UwU

Karena tak bisa dipungkiri, persekusi terhadap umat muslim di Delhi tak lepas dari kesenjangan antar umat. Dikotomi antara mayoritas dan minoritas yang sarat dengan historisitas etnis dan kepercayaan. (jari saya juga kecetit kok pas ngetik ini)

Nah, di India, persentase umat muslim adalah sekitar 15% dari total populasi. Jumlah kasarnya adalah sekitar 200 juta orang. Pertumbuhannya yang pesat sangat mungkin mencemaskan umat hindu India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun