Dalam membantu mantan penderita kusta untuk mencari uang dari menjual produk buatan mereka sendiri, Fiza menemukan sejumlah kendala. Ia mengaku, kendala paling utama adalah saat proses pembelajaran atau pelatihan.
“Karena mereka sangat spesial. Kalau orang normal sehari bisa 5 bross produksi, kalau mereka sehari atau dua hari hanya bisa jadi satu bross. Kondisi fisik, karena tangannya sudah kaku, jadi agak lama. Itu jadi yang bikin lama,” katanya.
Produk buah karya mantan penderita kusta tadi dijual dengan harga bervariasi. Bross misalnya dijual Rp 20 ribu, dan baju dibanderol Rp 200 ribu. Seluruh pemasarannya dilakukan dengan bantuan media sosial.
Selama memberdayakan perempuan eks penderita kusta ini, Fiza menemukan banyak pengalaman menarik. Salah satunya, kala mendengar curahan hati mereka. “Kalau dari ibu-ibunya sendiri terkadang terharu saja. Maksudnya, terkadang suka cerita. Alhamdulillah dari yang mereka dapat bisa buat bantu anaknya sekolah,” kata Fiza.
*Artikel ini ditulis ulang kembali. Publikasi awal di Majalah Arjuna volume 10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H