Mohon tunggu...
Rifandy Adnan El Hakim
Rifandy Adnan El Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030053 | Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Joki Tugas, Budaya Sakit Mahasiswa Indonesia

18 Februari 2023   21:39 Diperbarui: 22 Februari 2023   03:03 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas dengan laptop. (sumber: Kalbis Institute via edukasi.kompas.com) 

Joki tugas kuliah merupakan hal yang telah lama, bahkan mendarah daging di dunia akademisi Indonesia. Hal yang seharusnya tabu bagi mereka yang berani menyebut dirinya sarjana, dilakukan tanpa malu.

Jasa joki tugas merupakan sebuah layanan berupa pengerjaan tugas-tugas kuliah maupun sekolah dari siswa dan mahasiswa.

Itu sehingga tugas mereka dapat selesai dengan tepat waktu dan mendapat nilai yang maksimal. Tarif jasa joki umumnya dipatok oleh pihak penyedia jasa joki tugas tersebut.

Saya mencoba mencari jasa joki tugas kuliah di mesin pencarian Google, dan betapa tidak terkejutnya saya ketika melihat ratusan situs penyedia jasa joki bertebaran. 

Situs-situs jasa joki tersebut mematok harga yang bervariasi, mulai dari harga murah 50 ribu saja, hingga tarif lebih mahal untuk tugas yang lebih rumit dan membutuhkan waktu lebih lama dalam pengerjaannya.

Saya membuka salah satu situs populer yang saya temukan dari laman pencarian Google. Situs yang saya jadikan sebagai referensi ini terlihat terpercaya, mulai dari jaminan privasi, layanan 24 jam, serta Terdapat fitur revisi. 

Mereka juga menaruh berbagai testimoni dari pelanggan mereka yang puas menggunakan layanannya pada situsnya. Harga yang ditawarkan pun bervariasi tergantung dari tingkat kesulitan. 

Selain dari situs, penyedia layanan jasa joki juga tersebar di berbagai media sosial seperti Instagram, yang bahkan sering dipromosikan oleh influencer. Tak hanya influencer, promosi jasa joki pun dapat dilakukan oleh siapa saja yang menggunakan sosial media.

Selain terdapat pada situs-situs daring, joki tugas tentunya ada yang menggunakan sistem luring, juga ada dalam skala yang lebih kecil. Contohnya penjokian tugas yang dilakukan antar mahasiswa, yang mereka lakukan dengan alasannya masing-masing. 

Kemudahan mengakses layanan jasa joki, baik dari dunia maya maupun dunia nyata ini tentunya berpengaruh besar terhadap tingginya tingkat penggunaan jasa joki.

Saya mencoba menanyai beberapa orang dari media sosial Facebook, mereka mengutarakan pendapatnya mengenai joki tugas. 

Kebanyakan orang yang menggunakan layanan tersebut ternyata adalah mahasiswa yang sudah bekerja, yang tidak memiliki waktu untuk mengerjakan tugas-tugas dari kampus. 

Biasanya mereka kuliah hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan promosi untuk jabatan yang memerlukan gelar sarjana.

Selain pekerja, terdapat pula mahasiswa yang kurang mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan kampus. Tipe mahasiswa seperti ini seharusnya tidak dapat lulus karena tidak memiliki kompetensi yang diperlukan.

Di sisi lain, penjoki melakukan pekerjaan ini demi mendapatkan nafkah. Mereka mencari peluang usaha di bidang pendidikan yang merupakan keahlian mereka. Memanfaatkan kemalasan mahasiswa Indonesia dan kecacatan sistem kampus.

Lalu, apakah dampak dari budaya jasa joki tugas ini ke negara kita, Indonesia?

Dampak yang paling utama tentu saja penurunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Dengan kemudahan menggunakan layanan joki tugas, mahasiswa menjadi lebih malas dan tidak kompeten dalam menyelesaikan tugas. 

Selain itu, mahasiswa menjadi kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Joki tugas juga membunuh kreativitas mahasiswa, serta menghambat perkembangan akademis mereka.

Siapa yang harus disalahkan?

Ilustrasi: joki tugas. (Sumber Foto: trustedreviews.com) 
Ilustrasi: joki tugas. (Sumber Foto: trustedreviews.com) 

Sulit menentukan siapa yang harus disalahkan dalam hal ini, apakah penyedia layanan? Apakah mahasiswanya? Atau kampus yang membiarkan hal ini terjadi, dan tidak segera melakukan tindakan pencegahan?

Daripada sibuk menyalahkan, lebih baik mencari solusi untuk mengobati budaya sakit yang telah lama ada di Indonesia ini. Semakin lama hal ini dibiarkan, semakin sulit pula untuk diatasi nantinya.

Bagaimana cara menghilangkan jasa joki dari Indonesia?

Civitas akademika seluruh perguruan tinggi harus mampu mencari solusi agar mahasiswa dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. 

Selain itu, mereka yang membuka jasa joki juga harus menghentikan jasa yang mereka tawarkan. Jangan hanya memikirkan pendapatan yang di dapatkan, tapi ingat juga bahwa mengembangkan kualitas pelajar Indonesia itu sulit.

Dari sisi pengguna layanan, yakni mahasiswa juga harus berhenti menggunakan layanan jasa joki, karena hal itu akan membawa berbagai dampak buruk kepada diri mereka. 

Seperti kemalasan, tidak bertanggung jawab, mudah berbohong dan melakukan kecurangan, dan masih banyak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun