Apa yang terungkap di media, mungkin merupakan fakta. Namun bukan keseluruhan fakta. Ada fakta lain yang belum diungkap media. Sebab, bisa jadi itu tidak menguntungkan bagi narasi besar yang dia visikan, atau bisa jadi juga, itu tidak menguntungkan dari segi finansial. Kita pun mafhum, media amat bergantung pada keuntungan komersial.
Jadi, mari ambil hikmah dari kedua kejadian ini. Jangan mudah percaya dengan media massa. Begitu pula dengan tulisan-tulisan orang lain, termasuk mungkin tulisan ini. Kritisi, dan gunakan nurani. Mencari kebenaran di era banjirnya informasi itu seperti mencari cahaya lampu yang 100 watt di antara lampu 90 watt. Sulit, tapi bukan tak mungkin.
Seimbangkan proporsi akal, hati, dan emosi. Jangan sampai salah satunya mendominasi. Apalagi dalam membaca berita di masa kini. Janganlah sampai akal terhasut, emosi tersulut. Jernihkan dahulu hati dan pikiran, baru keluarkan tindakan baik oleh tangan, lisan, maupun tulisan.
So, bukan tak mungkin kita mendapat kebenaran. Carilah dengan akal dan nurani. Di sanalah akan kita temukan kebenaran yang hakiki. Bukan sekadar kebenaran yang diajukan media massa. Tetapi, menggali kebenaran yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H