Mohon tunggu...
Farhan Abdul Majiid
Farhan Abdul Majiid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia | Alumnus SMA Pesantren Unggul Al Bayan | Penikmat Isu Ekonomi Politik Internasional, Lingkungan Hidup, dan Kajian Islam

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Brexit, Mengapa Eropa Sulit Bersatu?

25 Juni 2016   15:08 Diperbarui: 14 Desember 2019   11:39 7546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.madeinmechelen.be

Inilah salah satu alasan mengapa dalam perjalanannya, sampai hari terakhir bergabungnya Inggris dengan Uni Eropa, Inggris tetap menolak menggunakan Euro. Penggunaan Euro ini sempat menjadi kabar buruk ketika krisis ekonomi dunia tahun 2008. Pada saat itu, beberapa negara anggota seperti Spanyol dan Yunani terpuruk ekonominya.

Faktor ketiga, yang merupakan masalah utama yang dihadapi UE saat ini adalah masalah imigran. Gelombang pengungsi dari Timur Tengah menyerbu banyak negara anggota, seperti Prancis dan Jerman. Imigran ini menimbulkan dilema bagi negara anggota. Di satu sisi, sebagai bentuk kemanusiaan, imigran ini harus diselamatkan. 

Di sisi lain, penyelamatan tersebut tentu akan menimbulkan masalah baru, seperti penyediaan tempat tinggal, sanitasi, fasilitas kesehatan, dan lainnya. Hal ini tentu membutuhkan lebih banyak uang untuk memenuhinya.

Negara-negara anggota UE pun akhirnya harus turut menyumbang pendanaannya. Masalahnya, pada saat ini perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis 2008 silam, dan ini menimbulkan ketidakpastian.

Faktor lainnya, yang merupakan dampak dari imigran tadi adalah kesempatan kerja. Memang, negara-negara anggota UE mendapatkan semacam privilage untuk menjadi pekerja di negara-negara anggota lainnya. Namun, dengan kedatangan imigran ini, persaingan untuk mendapatkan lapangan kerja menjadi semakin sulit.

Pada akhirnya, Inggris pun tidak bisa berbuat banyak dalam masalah imigran jika tetap bergabung dalam UE, karena ini merupakan otoritas dari UE.

Faktor kelima, adalah kemenangan partai UK Independence Party yang giat menyuarakan agar Inggris menjadi lebih independen dengan keluar dari Uni Eropa. Sementara itu, PM Cameron menjadi melemah pengaruhnya, sebagaimana terlihat ia kurang mampu membendung suara tersebut.Selain faktor-raktor tersebut, masih banyak faktor lainnya yang lebih kecil.

Bagaimana kemudian?

Kini, Inggris telah bersiap untuk bertransisi pasca keputusannya untuk keluar. Tentu, dampak yang ditimbulkan dari keluarnya Inggris telah menanti. Dampak terkini adalah pelemahan perekonomian dunia.

Melemahnya ekonomi dunia ini ditandai dengan banyaknya bursa saham yang turun nilainya. Kepanikan ini melanda bursa saham karena dunia bisnis akan diliputi ketidakpastian, terutama yang berasal dari Amerika. 

Hal ini karena selama ini, Inggris merupakan pintu gerbang Amerika menuju Uni Eropa, dan ketika Inggris tidak lagi menjadi bagian dari Uni Eropa, pengusaha Amerika yang telah menanamkan modalnya di Inggris menjadi memikirkan ulang untuk memindahkannya ke negara Uni Eropa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun