Mohon tunggu...
Lotusflowerin
Lotusflowerin Mohon Tunggu... Penulis - pernah coba menghitung bintang

Traveller, penggiat buku, suka serabi cirebon rasa gula merah, dulu sempat buka lapak baca sama teman sekitar tamsur - sempur bogor, sekarang terusir izin-izin pemda, jadi aku menulis saja, jika kosong ambil satu huruf besar sendiri dan simpan dalam kantong, kancing baju rapih, hatur danke warga nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Catatan dari Sulawesi

28 April 2018   04:02 Diperbarui: 25 Mei 2018   18:43 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinogu sendiri merupakan kecamatan enclave yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Kecamatan yang luasnya melebihi Kota Gorontalo ini, dipercaya sebagai daerah Tiyombu, atau asal leluhur orang Gorontalo.

Pemda Bone Bolango menggunakan brand ini untuk menjual Kopi Pinogu, Tiyombu Lo Kopi Organik (Leluhur Kopi Organik), sementara itu salah satu penikmat kopi di Gorontalo, Djufryhard mengatakan, salah satu keunggulan Kopi Pinogu adalah karena dari jenis langka, yakni Liberica.

"Jenis ini sudah langka, umumnya yang kopi ditanam di Indonesia adalah jenis Robusta dan Arabica," katanya.

Menurutnya, kopi liberica dari Pinogu kemasan yang kini diproduksi oleh Pemerintah Bone Bolango, malah dicampur dengan Robusta, padahal jenis kopi Liberica memiliki segmen tersendiri dan seharusnya dijadikan ciri khas. Masyarakat Pinogu mengenal jenis kopi yang disebut Siberia dengan buah yang besar dan tumbuh liar. Diduga, kopi dimaksud tidak lain adalah  jenis Liberica.

Sebagaimana dikutip dari situs yang mengklaim sebagai pelopor manual coffe brewing di Indonesia disebutkan, Dalam sejarah pembudidayaan kopi di Indonesia, kopi Liberica masuk ke dalam gelombang kedua; pengganti kopi spesies Arabika yang pada masanya mengalami gagal tanam lantaran terserang karat daun.

Liberica didatangkan kaum kolonial dengan harapan mampu bertahan dari serangan karat daun dan kompeni tetap dapat memasok kebutuhan kopi dunia. Apa boleh buat, sang karat daun terlalu tangguh, Liberica pun mengibarkan bendera putih. Para kompeni tidak menyerah, didatangkanlah kopi spesies Robusta.

Hasilnya, karat daun pada kala itu menemukan lawan tangguh sehingga Robusta berhasil dibudidayakan dengan baik dan mendulang untung di Indonesia. Posisi kopi Liberica pada masa sekarang terjepit: Arabika yang rentan penyakit, tapi harganya melambung tinggi dan Robusta yang tahan penyakit dan berharga murah yang selalu mendapatkan tempat di dalam pasar.

Harga Liberica di bawah Arabika dan di atas Robusta, dari segi rasa di bawah Arabika dan dibanding dengan Robusta sebagian besar menganggap sejajar, sisanya menganggap rasa Liberica mengungguli Robusta.

Selain tradisi, adat dan kopi yang harus dilestarikan, sulawesi wajib dikunjungi. Banyak nya pesona alam yang belum banyak diketahui masyarakat ibukota. 

Ini alasan mengapa sulawesi harus dikenalkan kepada masyarakat nusantara maupun dunia, sedangkan yang ingin mengunjungi sulawesi dan sekitar nya harus tetap menghormati dan menjaga kelestarianya jangan sampai dikotori oleh tangan tangan nakal.

Buang kembali sampah setelah mengunjungi alamnya. Demi kelestarian alam agar anak cucu bisa menikmatinya kembali, jangan sampai alam sulawesi habis karena ulah manusia sendiri demi kepentingan alat yang bernama uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun