Mohon tunggu...
Fallenpx
Fallenpx Mohon Tunggu... -

I'll write more if deemed necessary ;)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Tank Medium", Benarkah Lebih Cocok Dibanding MBT di Indonesia?

28 Januari 2012   19:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 10122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I.a.1 APC

Menurut pengelompokan berdasarkan fungsinya, foto pertama (M-113) dimasukkan ke dalam golongan APC (Armored Personnel Carrier - Angkut Personil (ber)Lapis Baja) yang fungsinya adalah sebagai sarana "antar-jemput" pasukan di dalamnya antara markas dan medan tempur di garis depan. Karena APC tidak ditujukan untuk bertempur dan bergerak maju bersama infantri, maka kendaraan tempur jenis ini biasanya hanya dilengkapi dengan senapan mesin ringan atau sedang dan perlindungan lapis bajanya didesain hanya mampu untuk menahan proyektil kaliber yang setara tapi tidak diatas itu. Karena fungsinya inilah maka kendaraan tempur jenis APC pada umumnya memiliki lapis baja yang paling tipis dibanding jenis-jenis lain, dengan beberapa pengecualian seperti misalnya APC Namer buatan Israel yang sebenarnya adalah turunan dari MBT/Main Battle Tank Merkava (untuk jenis MBT akan dibahas belakangan). Dalam contoh M-113 diatas, baja bahkan tidak digunakan sebagai material proteksi karena "kulit" APC M-113 menggunakan alumunium dengan ketebalan bervariasi antara 12 hingga 38 milimeter yang tidak akan mampu menahan gempuran senapan mesin berat atau kanon otomatis.

I.a.2 IFV

Berlanjut ke foto kedua, BMP-3 buatan Rusia yang juga digunakan oleh Korps Marinir TNI-AL, dikategorikan sebagai IFV (Infantry Fighting Vehicle / Kendaraan Tempur Infantri). IFV ini digunakan untuk mendukung gerak maju infantri dengan menyediakan dukungan tembakan di garis depan. IFV juga mempunyai kemampuan untuk mengangkut infantri bersenjata lengkap walaupun biasanya dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding APC dan biasanya dipersenjatai dengan senapan mesin berat (12,7mm) atau kanon otomatis (20 s/d 40mm) hingga meriam kaliber besar (90 - 105mm). Dalam contoh BMP-3 diatas, selain meriam kaliber 100mm sebagai senjata utamanya, kendaraan tempur ini juga dilengkapi dengan satu kanon otomatis kaliber 30mm serta tiga senapan mesin sedang kaliber 7,62mm - dua di bagian depan kendaraan serta satu di turret yang dioperasikan secara manual. Dengan proteksi yang lebih baik dari APC dan dengan persenjataan menengah hingga berat yang dimilikinya, IFV memiliki kemampuan untuk menghadapi kendaraan tempur lawan sebatas APC atau IFV yang sebanding dengannya. Namun biarpun bisa dipersenjatai dengan peluru kendali anti lapis baja (seperti 9M117 Bastion di BMP-3 atau TOW di M-2/M-3 Bradley), IFV tidaklah dimaksudkan untuk menghadapi tank tempur lawan yang memiliki proteksi dan daya gempur terbaik dibanding jenis-jenis kendaraan tempur lainnya.

I.a.3 MBT

Foto ketiga diatas adalah contoh tipe kendaraan tempur dengan proteksi dan daya serang terbaik dari tipe-tipe lain yang telah diuraikan sebelumnya, dan bisa digunakan sebagai ujung tombak penyerangan atau sebagai benteng pertahanan bergerak. Foto diatas adalah Leopard 2 (versi A6) yang menjadi salah satu kandidat utama TNI berdasarkan input-input di lapangan dan yang telah teruji di segala medan. Baik itu di medan sebagian besar negara-negara Eropa yang berupa dataran, Swiss dan Afghanistan yang bergunung-gunung maupun wilayah tropis seperti di Singapura. Kendaraan tempur berat seperti ini disebut sebagai Main Battle Tank (MBT) atau Tank Tempur Utama yang sering disingkat sebagai "Tank" saja oleh angkatan bersenjata negara-negara yang mengoperasikan kendaraan tempur jenis ini. MBT dimaksudkan untuk melawan MBT lainnya sehingga dipersenjatai dengan meriam kaliber besar (120-125mm) yang mampu menghasilkan kecepatan laras (muzzle velocity) tinggi untuk menghantarkan proyektil kinetik penembus lapis baja. Karena lawan yang akan dihadapi juga memiliki kekuatan pemukul yang besar, mau tidak mau kendaraan tempur ini juga harus dilengkapi dengan perlindungan yang memadai yang otomatis menaikkan bobotnya menjadi sedemikian berat. Kemudian agar tetap mampu bergerak lincah di segala medan - mau itu di tanah gembur, berbukit dan berhutan lebat di wilayah tropis seperti di Malaysia dan Vietnam, medan gurun negara-negara Timur Tengah, salju dan seterusnya - diberikanlah tapak jejak (track) yang lebar dengan mesin yang berkekuatan tinggi sehingga setiap MBT modern saat ini, meskipun memiliki berat antara 45-70 ton, tapi tetap mampu "ngebut" dengan akselerasi tinggi bila diperlukan sewaktu-waktu.

***

Untuk hasil karya anak bangsa Indonesia, APC beroda ban sudah bisa diproduksi di dalam negeri yakni "panser" Anoa 6x6 buatan PINDAD yang mengambil basis pengembangan dari panser VAB 4x4 buatan Perancis yang telah digunakan TNI sebelumnya. Namun, biarpun Anoa bisa dipersenjatai dengan senapan mesin berat kaliber 12,7mm dan bahkan peluncur granat 40mm, hal itu tidaklah mengubah fungsi utamanya sebagai angkut pasukan yang sejatinya bukan untuk mendukung gerak maju pasukan langsung di garis depan. Purwarupa/prototipe kendaraan tempur beroda rantai buatan PINDAD yang gambarnya muncul baru-baru ini masih masuk dalam kategori APC karena memang dimaksudkan untuk angkut personil. Dalam hal IFV, PINDAD tengah mengembangkan kendaraan tempur jenis IFV beroda ban yang dilengkapi dengan kanon otomatis kaliber 20mm dan versi lainnya yang dilengkapi dengan meriam 90mm dengan turret buatan Cockerill yang bila nantinya diproduksi akan menjadi kekuatan pendukung gerak maju infantri TNI yang ampuh. Jadi bisa dikatakan dengan bangga bahwa untuk produk APC dan IFV, kita telah memiliki kemampuan untuk merancang bangun dan memproduksinya di dalam negeri sendiri.

Akan tetapi, PINDAD, sebagai industri dalam negeri yang telah menghasilkan APC dan IFV beroda ban serta purwarupa APC beroda rantai, masih belum memiliki kemampuan untuk memproduksi MBT. Muatan teknologi tinggi yang jauh lebih banyak dalam sebuah MBT belum dapat dibandingkan dengan apa yang telah bisa diupayakan di dalam negeri sekarang ini. Sebut saja lapis baja komposit yang didesain mampu menahan gempuran roket dan rudal anti tank dan juga memiliki daya tahan tinggi terhadap proyektil penembus lapis baja yang ditembakkan dari laras meriam sekaliber 120-125mm. Teknologi lapis baja ini, dan "ramuan" di dalamnya adalah "top secret" dari setiap negara-negara yang sudah mampu membuatnya sehingga mau tidak mau bila kita ingin membuat MBT sendiri, kita harus bisa membuat lapisan baja dengan kualitas setara dengan yang dimiliki oleh negara-negara lain terlebih dahulu.

Lalu PINDAD juga belum memiliki pengalaman memproduksi meriam kaliber 120-125mm yang mampu menghasilkan "muzzle velocity" tinggi, selain juga keterbatasan material tungsten di negeri ini sebagai bahan baku untuk memproduksi amunisi "Kinetic Energy Penetrator" Armor Penetrating, Fin Stabilized, Discarding Sabot (atau disingkat dengan APFSDS) yang menjadi "taring" utama MBT-MBT modern dalam menghadapi MBT-MBT lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun