*****
Kami tidur pada ruangan kamar yang terpisah. Komitmen Sony untuk menjaga kesucianku sangat kukagumi. Tapi, suasana malam yang mencekam membuatku bulu kudukku berdiri, apalagi situasi rumah yang terkesan horor.Â
Aku meminta Sony menemaniku di ruangan kamar tempatku beristirahat. ia dengan setia menemaniku, tidur di sofa, sedangkan aku di ranjang kuno mirip milik keluarga kerajaan zaman dulu. Sekali lagi, aku mengagumi komitmennya.
*****
Sudah tiga hari kami tinggal di kastil itu. Tampaknya Sony telah menyiapkan semuanya dengan matang. Beragam makanan di lemari pendingin, cukup untuk persediaan makan kami sebulan. Segalanya telah tersedia.Â
Hampir setiap detik ponsel kami  berbunyi, namun kami tak berani mengangkatnya, Sebab kami tahu, semua itu adalah ancaman agar kami kembali.
Saat kuperiksa panggilan di ponselku. Terbaca papi yang menghubungiku hingga puluhan kali, memintaku untuk pulang. Demikian juga mami, oma, tante, yang notabene adalah mama Albert, tak ketinggalan papa Albert juga. Semua memintaku pulang, namun tak ada satu pun yang menjamin akan membatalkan rencana pernikahanku dengan Albert.
Aku dan Sony telah sepakat, dengan melarikan diri berdua, maka akan timbul kesan bahwa kami telah ternoda. Sehingga Albert akan membenciku, lalu cepat membatalkan rencana pernikahan yang dibuatnya sendiri.
Kunyalakan televisi.Hampir keseluruhan berita di televisi memberitakan tentang aku dengan Sony yang menghilang dari rumah. Kumatikan TV, kuhampiri Sony, dan bersepakat untuk menonaktifkan ponsel agar jejak kami tak dapat ditelusuri.
*****
Genap seminggu petualanganku tinggal di rumah itu bersama Sony. Meskipun kami masih tetap menjaga kesucian satu sama lain, namun kami ingin meninggalkan kesan pada publik, bahwa kami tak suci lagi. Gila! memang sangat jauh dari kewarasan pemikiranku bersama Sony ketika harus berhadapan dengan kekuasaan dan ketidakadilan.