Dan tentu saja, fungsi pelabuhan yang pada awalnya menyalurkan bantuan, kelak akan berubah menjadi mengawasi dan melarang pengungsi Palestina yang telah dibuang ke pulau impian untuk kembali ke negaranya sendiri. Tentu saja pengungsi tak akan dapat kembali, sebab selain berhadapan dengan tentara Israel. Mereka juga harus berhadapan dengan sekutu Israel yakni tentara Amerika yang telah siaga menguasai pelabuhan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Jelas ini sebuah taktik untuk membodohi dunia. Mustahil bersedia menyalurkan tenaga membuat pelabuhan sementara tanpa tujuan jangka panjang. Sikap propaganda Amerika, yang seakan baik terhadap Palestina dengan membuat pelabuhan sementara. Dan tentu saja tentaranya akan aman leluasa tanpa diganggu Yaman saat menyeberang ke pelabuhan.Â
Sehingga kelak bila seluruh warga Palestina telah dibuang ke pulau impian. Maka akan semakin sulit masuk kembali ke negaranya, karena ada dua kekuatan yang menghadang, yakni Israel dan Amerika. Dan disinilah propaganda AS berubah menjadi tetap bersikap baik dan menguntungkan Israel.
Kesan terjadinya konflik antara AS dan Israel, seakan-akan Biden menginginkan Netanyahu lengser dari jabatanna, tampaknya hanya sebuah taktik agar perhatian dunia pada pelanggaran  perang internasional Israel tehadap Palestina terabaikan.Â
Hal sesungguhnya terjadi adalah, tak ada konflik antara AS dan Israel. Mereka baik baik saja, dan hanya sedang menggunakan taktik "pura pura konflik" untuk mengelabui dan mendapat dukungan dunia, Bukankah mereka "Raja Kibul" sejak dulu?
Malang nian nasib warga Palestina. Mereka dibantai dan dibiarkan kelaparan oleh sebuah negara zionis yang seakan tak dapat terkalahkan hingga saat ini. Bahkan ultimatum ICJ, PBB dan beragam badan internasional seakan hanya dianggap anjing menggonggong kafilah berlalu..Â
Bahkan seakan menunjukkan kekuatan negaranya yang super power, Israel melarang Kepala UNRWA memasuki Gaza. Setelah sebelumnya dengan seenak udel mengklaim lembaga yang memberi bantuan pangan terhadap warga Palestina tersebut sebagai sarang teroris dan membombardir kantornya. Sudah dapat dipastikan, bahwa tujuan Israel adalah membiarkan warga Palestina mati kelaparan perlahan, sebab UNRWA adalah satu-satunya badan yang memberi pasokan bantuan makanan.
Dari segala tindakan yang diambil negara zionis ini, jelas menunjukkan kebenciannya bukan hanya terhadap Hamas, melainkan juga seluruh warga Palestina. Segala apa yang dilakukan tentara IDF, jelas diperintahkan oleh pemimpin negara yang psikopat, sebab tak menghargai nyawa manusia di dalamnya. Nyawa manusia tak lebih berharga dari hewan, sehingga pembantaian terus berlangsung. Dari 31 ribu warga Palestina yang tewas, 10.600 diantaranya adalah anak-anak.
Israel negara baik?
Untuk kesekian kalinya, Israel menyamarkan tindakan genosida dengan dalih memburu Hamas. Bahkan lebih gilanya lagi, mengacak-acak Rafah sebagai satu-satunya tempat pengungsian terakhir bagi warga Palestina sebagai kamuflase menumpas Hamas.
Tindakan yang  dilakukan Israel justru menunjukkan ketakutan dan gengsi mengakui kekalahannya. Ketika tentaranya telah babak belur di Gaza, negara zionis berubah taktik berusaha mengalihkan mata dunia ke Rafah.Â