Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Genosida, Penyebab Anak-Anak Palestina Bersikap Agresif

24 Maret 2024   13:43 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:43 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah Palestina diantara reruntuhan bangunan yang dibombardir IDF (pic: middleeastmonitor.com)

Siapa anak itu? Boleh jadi anak yatim piatu yang orangtua, paman, bibi, kakak, adik, kakek, nenek,, teman, bahkan mengkin seluruh tetangganya tewas akibat serangan Israel.

Genosida 

Korban jiwa dari pihak Palestina telah mencapai 31 ribu jiwa, belum lagi yang terluka ataupun tewas perlahan karena terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Apa yang bisa dilakukan komunitas intenasional menyikapi hal ini? Mereka melihat, menonton, berusaha membela. Tapi semua itu tak berarti apa-apa, sebab Israel bersikap bak  pembunuh psikopat yang terus beraksi tanpa bisa dihentikan.

Dimana nurani bersemayam bila telah melihat korban jiwa sebanyak itu? Dan anehnya Israel seakan tak bergeming. Tak ada rasa belas kasih, bahkan terus menerus melakukan pembunuhan sepihak. Bahkan kabar terbaru menyebut, lebih dari seratus warga Palestina ditembak mati Israel. Bagaimana bisa terjadi hal keji tersebut bila tidak dilakukan oleh psikopat?

Nyawa warga Palestina tak lebih berharga dari binatang, Pembunuhan terus menerus terjadi dengan dalih pemburuan Hamas. Jika memang Hamas yang dikejar, lalu mengapa 31 ribu nyawa warga sipil Palestina sebagai korban?

Sulitnya bantuan masuk ke Jalur Gaza karena dihalangi Israel, jelas menunjukkan sikap psikopat Israel dengan berencana mematikan pengungsi Palestina secara perlahan.

Secara ajaib, Amerika berubah arah menjadi pahlawan yang ingin menyelamatkan warga Palestina. Dengan menyalurkan bantuan via laut, melalui rencananya mendirikan "Pelabuhan Sementara" melalui pengerahan tenaga dari para prajuritnya.

Namun, akankah kita percaya dengan taktik ini? Apakah benar itu sebuah ketulusan, atau hanya sebuah upaya propaganda Amerika dalam rangka kampanye Joe Biden, ataukah ada taktik lain dibalik semua itu?

Memang tidak mudah mempercayai sikap Amerika dan negara-negara sekutunya. Sebagaimana peribahasa populer "tak ada makan siang yang gratis" Percayakah kita bahwa semuanya adalah ketulusan tanpa ada maksud tersembunyi di dalamnya?

Ketika Israel berencana memindahkan seluruh pengungsi Palestina di Rafah ke sebuah pulau yang mereka sebut "Pulau impian." Jelas terkandung tujuan untuk mengosongkan Rafah dengan maksud agar kelak mudah menguasainya.

Kemudian tiba-tiba AS bersikap bak pahlawan. Mendirikan "pelabuhan sementara" demi menyalurkan bantuan makanan bagi pengungsi warga Palestina. Yakinkah hanya pelabuhan sementara? Bukankah tidak menutup kemungkinan, bila kelak kemudian tentara Amerika lama kelaman akan menguasai dan mengawasi pelabuhan tersebut sebagai pangkalan militernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun