Tindakan rasis dengan cara menghina kelaparan, kehausan, serta kehancuran negara yang diderita rakyat Palestina. Hal ini tidak akan mungkin dilakukan oleh manusia yang masih memiliki hati nurani.Dan tentunya hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mengonsumsi obat-obatanan tertentu, sebab tak ada nilai empati kemanusiaan terhadap lawan.
Membiarkan ratusan bayi prematur sekarat perlahan
Sangat sulit dipercaya bila seseorang  dengan kesadaran nurani akan sedemikian sampai hati membiarkan banyak bayi mati perlahan. Hanya mereka yang berada dibawah pengaruh obat-obatan tertentu akan tega melakukan hal tersebut.
Apalagi bila hatus berpikir waras dan realistis. Apa dosa bayi-bayi tersebut hingga harus dicabut nyawanya? Bukankah mereka tak bisa melawan dalam peperangan?
Menembak mati kawan sendiri
Pemakaian obat-obatantan terentu dapat merubah suasana hati sedemikian cepat. Bila pada awal pemakaian dapat memicu keberanian dan kegembiraan berlebih, tapi beberapa saat kemudian akan berubah drastis menjadi depresi, putus asa, dan kecurigaan berlebihan.
Halusinasi yang ditimbulkan akan dapat merubah cara pandang dan pola berpikir, sehingga salah mengartikan teman sebagai lawan. Akibatnya banyak tentara IDF yang mati di tangan temannya sendiri.
Korban sipil tembus 23 ribu namun Israel tetap menyerang
Korban jiwa dari pihak Israel tidak sebanding bila disandingkan dengan korban dari pihak Palestina. Tapi seakan haus darah dan bertindak di luar nalar, justru tentara IDF tetap menciptakan ladang kematian bagi warga tak berdaya.
Demi memuaskan dendam menambah korban jiwa darii pihak Palestina, secara ngawur tentara IDF menembaki warga sipil, menculik wanita dan anak anak, membombardir tempat pengungsian, menabrak ambulance, hingga menghancurkan rumah sakit.Â
Bahkan yang di luar nalar akal sehat adalah, mengusir paksa pasien rumah sakit hingga tenaga medisnya. Sungguh, jelas bukan akal sehat bagi mereka yang tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu.Â