Sedemkian manusiawi dan memahami penderitaan anjing warganya yang trauma dan melolong setiap hari akibat roket yang diluncurkan Hamas. Namun kenapa tak memahami penderitaan wanita Palestina yang terpaksa menelan pil penunda haid karena tak adanya pasokan pembalut. Tak memahami traumanya anak-anak Palestina yang setiap menit selalu dijatuhi rudal lalu sekarat perlahan di bawah reruntuhan bangunan akibat tak ada buldoser untuk mengevakuasi. Atau juga bayi-bayi tak berdosa yang detik demi detik menunggu berhentinya nafas akibat tak bekerjanya inkubator sebab tak ada pasokan listrik.
Ini bukan tentang membela Palestna. Tapi ini pemikiran dan suara nurani tentang pelanggaran hak asasi manusia secara masif, yang justru dilakukan oleh sekumpulan negara yang katanya paling menghormati HAM. Melakukan pelanggaran hukum perang internasional serta pelanggaran hak warga sipil, kegilaan bom fosfornya,dan pembunuhan karakter suatu bangsa dengan propaganda tak bertanggungjawab.
Welahdalah saya kembali tercenung, sedemikian "memel"nyakah Israel? Jangan jangan karakter merekalah yang menjadi penyebab nenek moyangnya diuber-uber Firaun dahulu kala, atau juga penyebab terjadinya Holocaust saat Hitler?
Saya cuma bengong, sambil mereguk kopi susu hangat, namun terhenti. Teringat warga Palestina. Sempatkah mereka ngopi di tengah gempuran pesawat tempur?Â
Tak ada tempat aman di bumi Palestina. Semua dikuasai Israel dengan senjata mematikannya. Rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, yang dalam hukum perang internasional tidak diperbolehkan diserang, justru menjadi sasaran empuk Israel atas nama pembelaan diri.
Air mata menetes ke dalam cangkir kopi susu, saya tak jadi minum. Terbayang penderitaan bayi-bayi dalam inkubator runah sakit yang menangis meronta-ronta, menunggu kematian karena tak ada pasokan listrik atau pun bahan bakar lainnya.
Kehidupan Palestina pahit.... sangat pahit.
Mari bertanya pada hati yang terdalam, Siapa playing victim yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H