Pasokan listrik yang diputus Israel jelas kian membuat tenaga medis kesulitan menangani pasien. Dengan penerangan seadanya dari lampu senter jelas tak mampu menangani operasi dengan cepat
Mengikuti perkembangan berita tentang konflik Israel-Hamas memang tak ada habisnya. Dan saya mencoba berpikir netral tentang hal itu, tanpa memihak sana atau pun sini.
Tapi setelah bertahun-tahun, ternyata tak membuahkan hasil. Sebab ternyata saya masih memilki hati nurani, yang tentu saja memiliki empati terhadap kaum teraniaya dan diperlakukan semena mena.Â
Gaza luluhlantak akibat malu dan sakit hati?
Tulisan saya akan memiliki dua nilai yang berbeda. Bagi mereka yang pro-Israel, pastilah menilai tulisan saya sebagai antisemit dan pro teroris. Namun bagi mereka yang pro Palestina sudah pasti tulisan sebagai empati kemanusiian dan sewajarnya.
Tulisan yang saya buat bukan hanya dari kesimpulan sehari dari peristiwa yang terjadi di jalur Gaza. Akan tetapi tulisan ini telah melalui literasi mendalam dengan mempelajari historis Palestina dan sejarah kependudukan Israel.
Saya bukanlah tipe orang yang mudah percaya dengan sebuah oeristiwa atau pun propaganda, dan tak oernah terburu-buru memihak salah satu. Biasanya saya akan menyelidiki mendalam secara runtut awal sebuah kejadian, setelah itu barulah saya menentukan sikap.
Dalam hal konflik Israel-Hamas, saya melihatnya dari dua sisi, tidak asal asalan. Yang berputar dalam pikiran saya adalah, jika memang konflik ini antara Hamas dengan Isarel, kenapa harus Palestina yang nestapa menjadi korban?
Pertanyaan saya akan dijawab  Israel yang meyebut bahwa kelompok Hamas berada di tepi Gaza, sehingga hal itu yang menjadi alasan pembenaran negara zionis meluluhlantakkan Gaza.Â
Namun kemudian diikuti tanda tanya lagi. Bila memang sasaran Israel adalah markas Hamas yang ada di jalur Gaza, mengapa negara zionis ini secara ugal-ugalan menyerang rakyat sipil, menculik, bahkan menyiksa secara brutal tahanan Plaestina hingga patah tangannya. Bahkan kebrutalan terakhir adalah pemboman sebuah rumah sakit yang menewaskan ratusan orang, padahal mereka berada di rumahsakit adalah akibat ulah pesawat temput Israel sebelumnya..
Dengan alasan apa pun, tak ada pembenaran atas kejadian tersebut. Jelas hal ni menunjukkan keputusasaan tentara zionis atau yang lebih kerap disebut IIDF dalam mengatasai permasalahan negaranya.
Serangan roket yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober lalu, jelas menampar dan mempermalukan negara zionis yang selama ini keamanan militernya dianggap super maha dewa. Apalagi dengan hadiah istimewa iron dome dari induk semangnya, Amerika, meski kemudian kebobolan.
IDF yang sekian lama di atas angin, tak terkalahkan, tiba tiba harus dikalahkan sedemikian rupa oleh roket ecek-ecek, jelas malu sekali. Rasa malu ini yang mneyebabkan kegelisahan berpikir, kurang jernih dalam menentukan strategi perang, sebab dipenuhi kecamuk dendam dan kebencian, sehingga bertindak di luar prikemanusiaan.
Bukan hanya mesjid sebagai tempat ibadah yang diluluhlantakkan, namun juga gereja, bahkan wanita dan anak anak, hingga sandera  yang notabene warga Israel sendiri, dibunuh dengan tangan dingin.
Saat Gigi Hadid, model berdarah Palestina mati-matian membela Palestina, ia mendapat intimidadi langsung dari mereka yang pro zionis. Namun dengan. lantang ia malah menantang, bahkan menyebut tak takut bila karir modelnya berakhir akibat membela Palestina, sebagaiamana dialami seorang model film dewasa yang dipecat dari pekerjaannya karena terang-terangan membela Palestina.
Kita berusaha berpikir realistis, dengan melihat dan mempelajari perlakuan tentara zionis terhadap warga Plaestina, terutama kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan, juga penculikan tehadap anak-anak Palestina. Jelas membuat mereka yang masih memiliki hati nurani akan mengurut dada.
Saat Gigi Hadid membela Palestina, ia langsung disentil oleh pemerintahan zionis itu dengan memperingatkan agar mengingat bayi bayi Yahudi yang menjadi korban. Namun rupanya Isarel lupa bahwa korban bayi dari pihak Palestina lebih banyak jumlanya. Bahkan yang mengiris hati adalah saat tubuh mereka ditandai tulisan, agar bila tewas masih dapat dikenali keluarganya, sehingga terhindar dari penguburan massal.
Apakah Israel lupa bahwa akibat serbuan pesawat tempurnya telah membuat anak anak dan bayi-bayi menajdi yatim piatu, atau bahkan mereka sendiri menjadi korbannya, Bahkan yang lebih gila adalah dengan oenyerbuan yang dilakukan negara zionis ini ke rumah sakit di Gaza, apakah yakin tidak ada bayi dan anak anak Palestina yang menyeringai menahan sakt di dalamnya?
Kebrutalan yang dilakukan Israel sudah jelas melanggar hukum perang Internasional. namun adakah negara yang berani terang-terangan mengkritiknya?Â
Bahkan Amerika dan sekutu-sekutunya lebih bersemangat membantunua. Namun kekuatan veto yang dimiliki negara besar seperti Rusia dan China mampu menjegal kebiadaban negara zionis ini, hingga resolusi gendatan senjata disetujui. Sekjen PBB yang terang-terangan membela Palestina, membuat Israel beranh, uring-uringan dan mengusulkan oemecatan.
Andai keadaan  diputarbalik
Selama lebh dari tigabelas tahun Hamas tak menunjukkan tajinya, seakan telah lemah dan rapuh. Hal inilah yang membuat Israel kian semena-mena terhadap rakyat Palestina. Menduduki wilayah, mengusir semena-mena, dan menjemput paksa anak-anak Palestina untuk dijebloskan ke dalam penjara bila tingkahnya dinilai kurang berkenan di hati sang penjajah.
Hamas yang telah dicap teroris oleh Israel dan teman-temannya telah dianggap sekarat dan tak ada lagi kekuatannya. Namun secara mengejutkan telah menampar muka negraa zionis ini dengan serbuan roketnya. Hal inilah yang menyebabkan Israel shock dan tidak dapat berpikir jernih lagi dalam menyerang.
Pembunuhan besar-besaran dengan membumihanguskan jalur Gaza melalui kekuatan pesawat-pesawat tenpurnya, hingga meluluhlantakkan rumah sakit, memutus pasokan air dan listrik, mempersulit masuknya bantuan pangan dari dunia, jela sudah mengarah pada genosida.Â
Jika memnag konflik yang terjadi adalah antara Hamas dengan Israel, lalu kenapa Palestina yang menjadi korban? Benarkah demi alasan pemebenaran karena Hamas dianggap berasal dari jalur Gaza?
Sekarang mari berandai-andai......
Seandainya keadaan dapat diputarbalik. Isarel yang berada pada posisi Palestina, terjajah, wilayahnya dikuasai dan direbut sedikit demi sedikit, tak memiliki alutsista lengkap dan canggih. Kra-kra siapa yang akan memenangkan pertempuran?
Ketika bayi-bayi Yahudi di Israel terluka, maka bantuan medis akan segera membantunya. Namun hal tersebut tak berlaku bagi bayi-bayi Palestina, bantuan medis sulit membanunya, sebab korban yang berjatuhan sangat banyak, hingga rumahsakit dan dokter kewalahan, Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, sudah kesakitan dan menderita, ditambah dengan diputusnya aliran listrik oleh Israel, lalu bagaimana operasi dapat dijalankan? benar -benar diluar batas prikemanusiaan.
Jika bayi Yahudi tidak boleh terluka dan dikobankan, maka sudha seharusnya bayi-bayi Palestina mendapat perlakuan yang sama. Setiap membaca headline berita tentang malangnya nasib anak-anak Plaesina, saya tak berani membacanya, sebab sudah pasti berurai air mata dan tak sampai hati.Â
Termasuk saat Israel memborbardir rumah sakt di Gaza, air mata bercucuran saat mengikuti berita seoang ahli medis yang menerima jasad ayahnya di rumah sakt. Bisa anda bayangkan betapa pedih dan tercabik-cabik hatinya? Sementara hal itu tak berlalku di Israel sebab keadaannya masih lebih baik. Dan  Palestina pun tak bisa menyerang negara zionis ini karena tak memiliki pesawat tempur apalagi alutsista canggih.
Bahkan satu hal yang mengiris hati, pasokan listrik yan diputus Israel jelas kian membuat tenaga medis kesultan menangani pasien. Dengan penerangan seadanya dari lampu senter ,jelas tak mampu menangani operasi dengan cepat. Hal inlan yang membuat kelakuan Israel dicap sebagai gensida, karena dengan unsur kesengajaan,  membiarkan nyawa-nyawa di rumahsakit melayang  secepatnya, sebuah dendam kesumat untuk memusnahkan rakyat Palestina.
Sehingga bukan hal yang mengherankan lagi, bila korban banyak jatuh dari pihak Palestina. Sebab dengan darah dingin, pesawat-pesawat tempur Israel menyerbu negara jajahannya. Bila diputar balik, seandainya Palestina yang menyerbu dengan pesawat tempur, maka oleh jadi kota-kota di Israel sudah tak berwujud lagi.
Kini kita mencoba memahami dengan cara mempelajari sejarahnya, lalu  berpikir jernih dengan melihat dari dua sisi. Saat pikiran kita tercerahkan, maka akan kita pahami, siapa teroris yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H