Hamas yang telah dicap teroris oleh Israel dan teman-temannya telah dianggap sekarat dan tak ada lagi kekuatannya. Namun secara mengejutkan telah menampar muka negraa zionis ini dengan serbuan roketnya. Hal inilah yang menyebabkan Israel shock dan tidak dapat berpikir jernih lagi dalam menyerang.
Pembunuhan besar-besaran dengan membumihanguskan jalur Gaza melalui kekuatan pesawat-pesawat tenpurnya, hingga meluluhlantakkan rumah sakit, memutus pasokan air dan listrik, mempersulit masuknya bantuan pangan dari dunia, jela sudah mengarah pada genosida.Â
Jika memnag konflik yang terjadi adalah antara Hamas dengan Israel, lalu kenapa Palestina yang menjadi korban? Benarkah demi alasan pemebenaran karena Hamas dianggap berasal dari jalur Gaza?
Sekarang mari berandai-andai......
Seandainya keadaan dapat diputarbalik. Isarel yang berada pada posisi Palestina, terjajah, wilayahnya dikuasai dan direbut sedikit demi sedikit, tak memiliki alutsista lengkap dan canggih. Kra-kra siapa yang akan memenangkan pertempuran?
Ketika bayi-bayi Yahudi di Israel terluka, maka bantuan medis akan segera membantunya. Namun hal tersebut tak berlaku bagi bayi-bayi Palestina, bantuan medis sulit membanunya, sebab korban yang berjatuhan sangat banyak, hingga rumahsakit dan dokter kewalahan, Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, sudah kesakitan dan menderita, ditambah dengan diputusnya aliran listrik oleh Israel, lalu bagaimana operasi dapat dijalankan? benar -benar diluar batas prikemanusiaan.
Jika bayi Yahudi tidak boleh terluka dan dikobankan, maka sudha seharusnya bayi-bayi Palestina mendapat perlakuan yang sama. Setiap membaca headline berita tentang malangnya nasib anak-anak Plaesina, saya tak berani membacanya, sebab sudah pasti berurai air mata dan tak sampai hati.Â
Termasuk saat Israel memborbardir rumah sakt di Gaza, air mata bercucuran saat mengikuti berita seoang ahli medis yang menerima jasad ayahnya di rumah sakt. Bisa anda bayangkan betapa pedih dan tercabik-cabik hatinya? Sementara hal itu tak berlalku di Israel sebab keadaannya masih lebih baik. Dan  Palestina pun tak bisa menyerang negara zionis ini karena tak memiliki pesawat tempur apalagi alutsista canggih.
Bahkan satu hal yang mengiris hati, pasokan listrik yan diputus Israel jelas kian membuat tenaga medis kesultan menangani pasien. Dengan penerangan seadanya dari lampu senter ,jelas tak mampu menangani operasi dengan cepat. Hal inlan yang membuat kelakuan Israel dicap sebagai gensida, karena dengan unsur kesengajaan,  membiarkan nyawa-nyawa di rumahsakit melayang  secepatnya, sebuah dendam kesumat untuk memusnahkan rakyat Palestina.
Sehingga bukan hal yang mengherankan lagi, bila korban banyak jatuh dari pihak Palestina. Sebab dengan darah dingin, pesawat-pesawat tempur Israel menyerbu negara jajahannya. Bila diputar balik, seandainya Palestina yang menyerbu dengan pesawat tempur, maka oleh jadi kota-kota di Israel sudah tak berwujud lagi.
Kini kita mencoba memahami dengan cara mempelajari sejarahnya, lalu  berpikir jernih dengan melihat dari dua sisi. Saat pikiran kita tercerahkan, maka akan kita pahami, siapa teroris yang sesungguhnya.