Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

6 Penyebab Siswa Melakukan Kekerasan

3 Oktober 2023   09:02 Diperbarui: 3 Oktober 2023   09:06 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak seperti ini kehausan perhatian , sehingga berusaha mencari perhatian dengan cara yang diusahakannya sendiri. Apabila cara yang ditempuh positif, tentu tidak menjadi masalah. Namun bila sebaliknya, maka akan mengarah pada kekerasan fisik ataupun perundungan verbal.

Demikian juga tentang kejadian seorang siswa yang melakukan kekerasan terhadap guru beberapa waktu lalu. Ada kekosongan batin yang dialaminya. Selain lelah memenuhu kebutuhan hidupnya dengan bekerja, orangtua tak perhatian. 

Ia memerlukan perhatian dan kasih sayang dari guru sebagai pengganti orangtua. Namun tak didapatkannya, justru ia dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Memang tidak salah dengan yang dilakukan guru, tetapi karena cara yang ditempuh kurang menyentuh hati nurani siswa, maka yang terjadi justru menimbulkan dendam, yang membuahkan perilaku kekerasan.

  1. Pencarian jati diri

Anak-anak pelaku kekerasan biasanya sering melihat, mendengar, dan merasakan peristiwa kekerasan dibanding kehidupan damai di sekitarnya. Contoh yang ia dapatkan, baik secara langsung atau pun tidak langsung. Misalnya ia pernah melihat orangtuanya  melakukan tindak kekerasan, hal tersebut akan tertanam dalam memori otaknya. Orangtua sebagai sosok pertama di dunia yang ia kenal, terkadang menguatkan keinginannya untuk meniru, sehingga terjadilah program copy paste

  1. Pengaruh lingkungan

Secara tidak langsung lingkungan berpengaruh penting pada tumbuh kembang anak. Ketika seorang anak melakukan kekerasan, maka perlu ditelusuri secara mendalam latar belakang keluarga, perilaku tetangga, serta lingkungan dimana sang anak tinggal.

  1. Pengaruh tontonan

Meski pun lingkungan tempat anak dibesarkan berada dalam kondisi kondusif dan damai. Namun apabila yang menjadi makanan si anak sehari-hari adalah tontonan kekerasan di layar gawai. Maka lama-kelamaan hal tersebut akan tertanam dalam memori otaknya dan menjadi kebiasaan. Sehingga jangan terkejut bila suatu saat ia menganggap kekerasan bukan lagi menjadi hal yang tabu dilakukan.

  1. Pengaruh pergaulan

Bisa jadi si anak berada dalam lngkungan kondusif, tak memiliki gawai serta tergolong keluarga tidak mampu, tapi kemudian ternyata menjadi pelaku kekerasan. Maka yang perlu ditelusuri adalah teman-teman akrab yang ia percaya sebagai tempatnya bergaul.

Anak-anak dengan usia rentan sibuk mencari identitas diri. Mereka akan mencari contoh sosok yang ingin dikamuflase, karena sosok teman sangat dipercayai, tentu saja akan meniru kelakuan temannya meski pun melanggara norma-norma, sebab ia merasa hal yang dilakukan sangat menyenangkan karena penuh tantangan.

And so, bagaimana cara terbaik memperlakukan dan mengatasi anak-anak yang suka melakukan kekerasan? Tunggu di tulisan saya berikutnya. See ya!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun