Bagi guru profesional, waktu adalah pedang, yang akan melukai ketika tidak tepat saat menjalaninya, sehingga ia selalu tepat waktu saat masuk kelas. Sementara di sisi lain, siswa juga telah menanti-nanti kehadirannya di kelas karena cara pengajarannya yang menarik.
Guru profesional memiliki beragam rencana dalam pengajarannya, hal itulah yang mengharuskan ia tepat waktu menyalurkannya ke dalam kelas.
Tidak memiliki metode mengajar cadangan
Guru dengan tipe membosankan selalu mngajar dengan cara yang itu-itu saja. Sementara guru profesional memiliki beragam metode menarik saat mengajar. Ketika ia telah siap denan dengan satu metode pengajaran, namun apabila situasi dan kondisi tiba-tiba tidak memungkinkan, maka ia pun siap dengan metode cadangan. Sehingga cara mengajarnya tidak monoton yang itu-itu saja.
Metode pengajaran mumpuni tidak melulu harus dengan segala kecanggihan alat-alat tekhnologi mahal dna modern. Meskipun sarana yang dipakai cenderung sederhana, namun guru profesional tetap mampu mengajar dengan menarik.Â
Memperlakukan siswa sebagai obyek
Guru profesional memperlakukan siswanya dengan santun. Ia memandang siswa sebagai sosok mandiri yang harus dihargai dan dihormati hak-haknya. Itulah yang membuatnya tidak memperlakukan siswa sebagai obyek, namun subyek.
Memperlakukan siswa sebagai obyek, berarti menjadikannya sebagai bulan-bulanan, selalu menjadi obyek penderita. Bahkan secara kasar selalu dikorbankan, hak-haknya selalu dilanggar. Sedangkan memperlakukan siswa sebagai subyek, berarti guru menghargai posisi siswa sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sehingga saat siswa mengemukakan pendapatnya, mendebat, dan segala hal yang keluar dari pemikirannya, tidak membuat guru merasa murid kurang ajar dan sok pintar.Â
Tidak dapat menghidupkan kelas
Guru profesional selalu mampu menghidupkan suasana kelas dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga saat giliran pelajarannya tiba, siswa sangat merindukan sosok guru tersebut. Selalu ada kegembiraan yang diciptakan, sebab sang guru memiliki banyak ice breaking di sela pemberian materi pelajaran, sehingga siswa merasakan suasana yang segar dan tidak kaku.
Sebaliknya, guru yang kurang profesional hanya melahirkan suasana kaku dan monoton, pemberian materi pelajaran hanya secara yang itu-itu saja. Mungkin mencatat materi pelajaran hingga tangan keriting, atau ceramah monoton membosankan yang justru mengundang kantuk, bahkan bisa jadi pemberian tugas  segunung tanpa pengarahan terlebih dahulu.