Oleh karena itu, demi sebuah kegiatan pembelajaran yang berhasil guna, guru profesional biasanya tidak akan melakukan hal-hal berikut:Â
Menjustice siswa
Guru profesional tidak menghakimi siswa secara membabi buta sebelum menanyakan penyebab siswa melakukan kesalahan. Cara penanganan yang dilakukan sangat humanis dan menyenangkan, sehingga tidak menyebabkan siswa ketakutan atau pun trauma.
Guru profesional mampu melihat sisi positif dan hikmah dari sebuah kesalahan siswa. Selain itu mampu membuka jalan pemecahan agar siswa tehindar dari kesalahan yang sama, sehingga dengan kesadan hati tidak melakunnya lagi.
Usai siswa  melakukan kesalahan, guru profesional tdak akan terus-menerus mengungkit atau menjadikan kesalahan itu sebagai senjata agar murid menuruti keinginannya.
Guru profesional bersikap optimis, bahwa siswa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Namun seandainya tejadi kesalahan yang sama, maka guru tidak langsung mencak-mencak, tapi mampu menemukan solusi jitu lainnya agar kesalahan tak terulang, seperti dokter yang tak lelah mencari beragam formula demi kesembuhan pasiennya.
Tidak akan pernah menjadikan kesalahan sebagi suatu ranjau untuk menakut-nakuti dan memojokkan siswa di depan teman-temannya, itulah sikap guru profesional. Sebab ia tahu, mempermalukan siswa di depan teman-temannya, justru akan mengakibatkan beban mental mendalam yang jutru memicu rasa dendam, sehingga mengulang kesalahan yang sama.
Sudah seyogyanya guru bersikap dewasa dalam memperlakukan siswa. Dengan cara ini, siswa akan memperoleh contoh positif sebuah kedewasaan, agar kemudian tidak melakukan kesalahan yang sama kembali.
Seorang guru yng suka menjustice siswa, apalagi di depan siswa-siswa lain, maka  akan melahirkan siswa pendendam yang justru akan melakukan kesalahan  sama, atau bahkan lebih parah lagi demi pelampisan beban mental karena emosinya yang belum stabil.
 Â
Masuk kelas tidak tepat waktu