Hargai keinginannya
Tidak ada salahnya bila sesekali membiarkan apa yang dimaui remaja, sebab terkadang sikap mereka sangat memaksakan pendapatnya. Keras kepala bukan hal baru, orangtua tidak akan mudah menghadapinya.Â
Menempuh cara dengan membentak atau menamparnya tidak akan menyelesaikan masalah, justru cara ini akan mendatangkan masalah sebab negara kita memberlakukan Undang-undang perlindungan anak. Suatu aturan yang bertujuan positif untuk melindungi keselamatan seluruh anak Indonesia tanpa pandang bulu, hingga anak yang menurut pendapat orangtuanya kurang ajarpun juga terlindungi.
Orangtua dengan konsekuensi siap menanggung segala resiko karena memiliki anak, sudah pasti harus memiliki ketenangan dan kesabaran tingkat tinggi. Sehingga ketika berhadapan dengan anak keras kepala yang memusingkan hati, perlu untuk melakukan tindakan biarkan saja, acuhkan, biarkan mereka berpikir dengan konsekuensi perilakunya, bahwa orangtua juga bisa tak peduli.
Mohonkan doaÂ
Ketika segala cara telah dirasa buntu, orangtua akan merasa frustasi dan sedih. Bahkan terkadang menyalahkan diri sendiri, seperti anggapan terlalu sibuk bekerja, salah mendidik anak, dan merasa menjadi orangtua yang gagal. Padahal disisi lain si anak remaja tetap tidak peduli dengan kegalauan hati yang dirasakan orangtuanya.
Menghadapi hal seperti di atas, maka tak ada cara lain, selain kembali pada Tuhan sebagai pencipta si anak, yang membolak-balikkan jiwanya. Berdoa dan bersandar pada Tuhan, memohon kekuatan dan bimbingan-Nya dalam merawat dan membesarkan anak. Seberapapun kesalahan orangtua dalam merawat dan mendidik anak, Tuhan akan senantiasa membantu untuk meluruskannya kembali, sebab doa orangtua adalah yang terdahsyat di mata Tuhan.
Ketika usaha manusia sudah tidak membuahkan hasil, ketika segala cara demi meluruskan anak tak memberi jawaban memuaskan, malah memeras air mata dan membakar api dalam dada, maka mempercayai Tuhan tidak akan menyia-nyiakan seluruh pahala dari perbuatan mulia orangtua dalam merawat dan membesarkan anak.Â
Memang sangat tidak mudah menghadapi perilaku anak remaja, karena mereka selain masih mencari identitas diri, emosinya pun juga belum stabil. Akibat ketidakstabilan ini terkadang membuat banyak orangtua merasa putus asa.Â
Bila di daerah-daerah pinggiran, dengan tingkat ekonomi masyarakat pas-pasan, yang membuat orangtua harus jungkir balik mencari uang, sementara disisi lain anak remajanya tidak memahami kelelahan ini. Membuat orangtua tak sempat lagi memikirkan keadaan labilnya emosi anak, bahkan kadang tak memperhatikan dengan siapa anak-anak mereka bergaul. Sehingga tak heran bila kemudian banyak remaja-remaja yang tertangkap aparat keamanan akibat ikut-ikutan melakukan perbuatan kriminal.
Sementara tak berbeda jauh dengan daerah pinggiran, para orangtua yang tinggal di daerah elit, karena sibuk mencari uang, tanpa mempedulikan kondisi psikis anak, tak pernah tahu dengan siapa anak bergaul, maka boleh jadi anak terjerumus pada pergaulan salah yang menabrak norma-norma, seperti free sex dan narkoba.