Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tips Jitu agar Hadiah Guru Aman Gratifikasi

7 Juli 2022   14:16 Diperbarui: 14 Juli 2022   02:29 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadiah untuk guru dapat dikategorikan gratifikasi apabila diberikan dengan maksud tertentu seperti membantu menaikkan kelas bagi siswa yang sudah jelas tidak bisa naik kelas atau melambungkan ranking siswa 

By the way, memberi hadiah pada guru kenapa dipersoalkan sih? Toh hadiahnya mungkin hanya selembar scarf, sepasang sepatu, tas yang tidak bermerk, ataupun hadiah-hadiah kecil lainnya yang harganya tak terlalu mahal. Tapi, eits! jangan melihat hadiah dari segi harga, sebab hadiah semurah apapun harganya, tak akan ternilai seberapapun sebab tersimpan perhatian, penghargaan, dan ketulusan di dalamnya.

Hebatnya lagi, guru tak pernah memperrmasalahkan hadiah apapun yang diberikan murid ataupun orangtua murid, sebab yang diihat adalah nilai ketulusan di dalamnya.

Namun, terkadang nilai keikhlasan guru dalam menerima hadiah tidak dibarengi ketulusan dari orangtua murid, karena ada niatan tersembunyi yang tentu saja sangat membuat guru menjadi tidak enak menerimanya. Misal adanya keinginan orangtua murid agar anaknya mendapat perhatian lebih di sekolah, agar mudah protes jika nilai-nilai anaknya kurang memuaskan. 

Akibatnya guru jadi ewuh pakewuh, serba salah saat menerima hadiah. Tidak diterima, nanti orangtua murid tersinggung, namun bila diterima justru bertentangan dengan kata hati karena dituntut memberikan nilai sejujurnya pada murid tersebut.

Tetapi tak semua orangtua murid bersikap demikian saat memberikan hadiah untuk guru, masih banyak orangtua murid yang ikhlas memberikan tanpa berharap imbalan apapun. Ibarat membalas budi karena menghargai jerih payah guru dalam membimbing dan menjaga anaknya di sekolah.

Motif pemberian hadiah

Kini kita dapat memahami beragam motif orangtua mutid dalam memberikan hadiah kepada guru:

Semata ketulusan

Orangtua murid merasa berutang budi terhadap guru yang dengan telaten dan sabar telah membimbing dan menjaga anaknya di sekolah. Sebagai orangtua murid yang mengerti balas budi dan beretika bisa ditebak jika berupaya membalas jerih payah guru dwngan memberi tanda mata.

Agar anak mendapat perhatian lebih

Setiap orangtua pasti menginginkan ada seseorang yang memberi perhatian lebih pada anaknya dibanding terhadap anak lain, sebab dengan cara ini orangtua merasa lebih tenang saat tidak sedang berada disisi anak waktu anak di sekolah, sebuah harapan murni dari orangtua agar anaknya memperoleh keamanan dan ketenangan di sekolah.

Guru tidak pelit memberi nilai

Sebagian orangtua murid memberi hadiah dengan tujuan agar guru menngkatkan nilai anaknya, misal yang kurang baik menjadu baik,yang baik menjadi semakin baik. Hal tersebut dilakukan orangtua sebagai wujud kasih sayang orangtua terhadap anak demi kualitas mutu nilai yang dapat berpengaruh pada masa depan anaknya kelak.

Empati pada guru

Tekadang keadaan guru tak selamanya sejahtera, adakalanya berada pada posisi sulit, sehingga menimbulkan empati orangtua murid untuk membantu meingankan beban yang dialami guru.

Rasa suka

Tak bisa ditampik perhatian guru yang luarbiasa terhadap muridnya, kadang membuat orangtua murid menjadi menyukai guru bersangkutan. Apalagi bila posisi guru sedang single, demikian juga dengan orangtua murid, maka kloplah sudah, perhatian dan kasih sayang yang tak ada lagi dari pasangan tiba-tiba diperoleh anak dari guru. Akibatnya tumbuh benih benih suka, yang berlanjut pada pemberian hadiah.

Diidolakan anak

Bukan tanpa sebab jika orangtua murid memberikan hadiah pada guru anaknya, sebba boleh jadi sikap guru yang sangat perhatian dan tulus mengasihi murid. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa empati pada murid sehingga membuatnya mengidolakan guru tersebut. Rasa kagum murid akan bersambung di rumah ngan cerita yang disampaikan kepada orangtua, yang kemudian akan membuat hati orangtua tersentuh dengan memberikan hadiah.

Hadiah yang tergolong gratifikasi

Terkadang tak semua guru senang menerima hadiah. Sebagian guru justru merasa khawatir bila ada maksud tersembunyi dari hadiah tersebut. Bahkan karena sangat berhati-hati dalam menerima hadiah, dengan tegas menolaknya mentah-mentah sebab mengkhawatirkan jika hadiah tersebut tergolong sebagai gratifikasi.

Kehati-hatian guru dalam menerima hadiah, terutama guru yang telah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) patut dimaklumi, sebab tak mungkin ada hadiah tanpa maksud terrtentu, bahkan pada titik kemurnian pun pasti terdapat maksud tersembunyi. Namun dengan nilai positif dan kebaikan, toh guru tetap berusaha berpikir positif bahwa semua karena maksud yang mulia dari orangtua murid.

Lalu apakah hadiah yang diberikan pada guru tergolong gratifikasi? Mari kita kupas satu per satu.

Pengertian Gratifikasi tertulis pada pasal 12B Undang -- Undang Nomor 20 tahun 2001 sebagaimana dikutip dari situs Itjen Kemdikbud, biasanya dipersepsikan dengan pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan wisata, fasilitas penginapan, dan fasilitas lainnya. 

Sedangkan unsur-unsur Gratifikasi berdasar PMK Nomor 7/PMK.09/2017 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Kementerian Keuangan yakni diperoleh dari pihak yang memiliki hubungan jabatan dengan penerima, bahkan apabila pegawai negeri/penyelenggara negara berwenang tidak perlu melakukan hal-hal yang dikehendaki atau diminta oleh pihak pemberi akan tetapi, bahkan asal jabatannya memungkinkan untuk berbuat sesuai kehendak pemberi maka hal itu sudah memenuhi unsur gratifikasi. Termasuk prestasi akademis atau non (kejuaraan / perlombaan / kompetisi) yang sengaja dipalsukan demi imbalan tertentu.

Hadiah kepada guru dapat dikategorikan gratifikasi, apabila diberikan dengan maksud tertentu, seperti membantu menaikkan kelas bagi siswa yang sudah jelas tidak naik kelas, atau merubah ranking si anak yang seharusnya rendah menjadi tinggi.

Bagi guru, menerima hadiah dari orangtua murid memang menjadi hal yang membuat ewuh pakewuh dalam menghadapinya. Sebab rasanya tak elok jika saat orangtua murid memberikan hadiah, namun tiba-tiba guru menanyakan maksud dan tujuan hadiah tersebut, terkesan jual mahal dan terlalu cerewet.

Hadiah untuk guru tak tergolong gratifikasii jika diberikan orangtua murid tanpa maksud dan tujuan pelanggaan norma-norma tertentu, namun hanya sebatas perwujudan rasa terimakasih, perhatian, dan empati dari orangtua murid.

Memberi hadiah kepada guru jelas merupakan perbuatan mulia, sebab guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tak pernah banyak menuntut..

Meskipun beberapa kejadian sempat mencoreng kemuliaan nama guru, seperti pencabulan, kekerasan, dan hal-hal lain. Tapi toh semua hanya perrbuatan segelintir oknum, yang tentu saja tidak bisa menyamaratakan semua guru seperti itu.

Tips jitu memberi hadiah

Tidak semua guru menginginkan pemberian hadiah dari orangtua murid, sebab guru tidak mau terjebak dengan motif tersembunyi di balik hadiah yang diberikan. Berikut tips jitu memberi hadiah pada guru agar tidak menimbulkan kesalahpahaman:

Tanpa motif terentu

Diperlukan keikhlasan dalam memberi hadiah, sebab keikhlasan dapat terbaca dari sikap saat mmeberikan dan pancaran sinar mata. 

Tanpa merendahkan

Memberi hadiah guru sudah sepatutnya sebagai wujud terimakasih dan penghargaan tinggi tanpa bermaksud merendahkan. Sebab sudah bukan rahasia umum lagi bila ada sebagian orangtua murid yang menganggap dirinya borjuis, beranggapn kastanya lebih tinggi dari guru. Sehingga saat memberi hadiah seakan terkesan memberi sedekah pada wong cilik.

Guru sebagai sosok mulia mudah peka terhadap bahasa tubuh orangtua murid, apalah guna sebuah hadiah mahal bila memberi dengan merendahkan.

Tanpa embel-embel tertentu

Menjadi tipe orangtua ikhlas berarti memberi contoh pada anak dengan memberi hadiah pada guru tanpa mengharap imbalan tertentu, seperti keinginan agar nilai anak terdongkrak, atau hal lain yang justru membuat guru di satu sisi enggan menerima, namun di sisi lain sulit menolak karena takut menyinggung.

Tak semua guru euforia menerima hadiah, namun terkadang tetap menerimanya karena takut melukai hati orangtua murid yang telah susah payah memberikan. Sikap serba salah karena adanya ajaran budaya timur yang santun.

 Sikap pakewuh memaksa guru untuk menerimanya sebagai sikap yang menjaga etika dan norma. Padahal kalau boleh ditanya jujur, jika hadiah dikaitkan dengan gratifikasi, sudah pasti guru menolak keras menerima dan menghempaskannya jauh-jauh. Tapi sekali lagi, hal tersebut berkaitan dengan etika dan norma kesopanan di negara kita, Bukankah budaya timur mengajarkan untuk selalu bersikap sopan terhadap orang lain?

Sikap guru saat menerima hadiah

Terkadang guru menghadapi sikap dilema saat harus menerima hadiah. Jadi, sebaiknya seperti apa sikap guru saat terpaksa menerima hadiah?

Bersikap positif

Tetap menerima dengan mengedepankan pikiran positif, bahwa orangtua murid memberi hadiah demi menghormati dan memberi pengharagaan pada jasa guru.

Menerima, namun dengan tetap berhati hati dan secara santun menolak secara halus, namun jika orangtua murid tetap memaksa, ya sudah terima saja, namanya juga rezeki.

Menolak

Apabila guru memang khawatir terkena pasal gratifikasi meksipun hadiahnya tergolong sederhanat, lebih baik tolak, namun tetap dalam batas-batas kewajaran dan etika. Jangan histeris, paranoid, apalagi marah berlebihan. Jikapun guru terpaksa menetima namun takut terkena pasal gratifikasi, maka menuimpannya dengan baik merupakan satu jawaban, Sehingga apabila suatu saat dimintai pertanggungjawaban tentang pasal gratiifikasi, maka guru dapat dengan mudah mengembalikannya.

Ternyata tidak mudah ya menolak pemberian dari orang lain? Apalagi jika dibesarkan dalam budaya timur yang kental, suka ataupun tidak suka dengan hadiah yang diberikan, maka demi keramahan tetap harus menerima dengan senyuman. Sebab sungguh tak elok bila harus menolaknya, apalagi dengan menanyakan maksud dan tujuan pemberian tersebut. Belum lagi jika menolaknya mentah-mentah dengan sikap melukai, tentunya tak mencerminkan budaya bangsa kita.

Memang terkesan tak mudah hidup di negara kita, namun patut kita syukuri juga kita memiliki sikap tepo slito dan menghargai terhadap hasil jerih payah orang lain. Etika mengajarkan bagaimana harus santun dan menghargai orang lain, termasuk pemberiannya.

Jadi, jika berada pada posisi guru, bagaimana sikap anda saat menerima hadiah, menolak ata menerima? Dan jika Anda justru pada posisi sebagai orangtua murid, apa sikap yang harus anda ambil, memberi hadiah, mengurungkannya, atau menjelaskannya terlebih dahulu sebelum memberikannya?

Sebetulnya memberi hadiah pada guru bukanlah sebuah persoalan besar,. Tidak akan menjadi penyebab gratifikasi jika tidak ada intrik-intrik di dalamnya. Dan jangan lupa, harus ikhlas dan tulus sehingga tidak terkesan mencari pujian dan bertujuan tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun