Ketika suatu organisasi dianggap menentang pancasila akibat terlalu blak-blakan melakukan konvoi di jalan maka tak menutup kemungkinan adanya organisasi-organisasi lain yang tidak terdeteksi dan lebih berbahaya karena bergerak dalam senyap
Tragis, ketika Pancasila dibenturkan dengan keyakinan agama. Kenapa bisa seperti itu ya? Hingga akhirnya melahirkan sebuah rumor bahwa pelajaran agama akan dihapuskan dan diganti dengan pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) saja. Jelas sebuah rumor yang dihembuskan agar bangsa ini terpecah belah dalam salng buruk sangka.
Entah kelakuan siapa yang seolah ingin membuat bangsa kita saling perang antar bangsa sendiri. Sepertinya sedang lahir tren untuk menimbulkan anggapan bahwa menerima pancasila berarti mengkhianati agama, dan menjalani agama sudah pasti harus membuang Pancasila.
Sungguh suatu hal yang sangat bertolak belkaang, tercium aroma busuk dalam permainan, adanya pihak ketiga yang menginginkan agar kelompok agamis bertikai dengan kelompok pancasilais.
Kelompok agamis pasti tidak pancasilais dan pancasilais belum tentu agamis?
Sebagian orang sering salah kaprah beranggapan bahwa kelompok agamis pasti tidak pancasilais, dan pancasilais belum tentu agamis. Hal yang sengaja dibenturkan demi memancing di air keruh, sebuah ambisi memenangkan sebuah pengaruh agar mampu merebut pengaruh kelompok pancasilais dan agamis.Â
Di saat dua kaum tersebut bertikai, maka kelompok 'abu-abu' yang tidak jelas kemana kakinya ditancapkan, dengan leluasa menduduki kursi yang seharusnya menjadi hak kelompok pancasilais dan agamis.
Kelompok 'abu-abu' sebetulnya adalah makhluk yang serupa seperti kita, namun mereka memiliki sebuah pemikiran tersendiri, yang bisa dikatakan agak licik. Sebab mereka bukan tanpa tujuan saat menciptakan sebuah pertikaian' yang ujung-ujungnya bisa dipahami memiliki kepentingan politik di dalamnya.
Saat pertikaian kian meruncing, karakter positif kelompok agamis dan pancasilais akan mulai terkikis, maka tampillah kelompok 'abu-abu' sebagai pemenang hati rakyat.Â
Bahkan jikalau kelompok agamis ataupun pancasilais yang menjadi pemenangnya, bukan mustahil hanya sebuah kemenangan lipstick, sebab kelompok 'abu-abu tetap sebagai pengendalinya, karena kelompok agamis dan pancasilais hanya berperan sebagai kuda tunggangannya. Sehingga dapat ditebak jika dua kelompok tersebut hanya sebagai bidak catur dalam kehidupan politik yang dijalankan.
kelompok 'abu-abu' tak henti membuat dua kelompok lain bertikai demi meraih keuntungan dan kekuasaan. Dengan memakai topeng fatamorgana kestabilan yang sengaja diciptakan, sehingga banyak kalangan mempercayai, bahkan hingga skala akar rumput, sebab tak ada pilihan lagi akibat pembunuhan karakter habis-habisan.