Sehingga dikhawatirkan nantinya setiap gerakan mahasiswa diklaim oleh Partai Mahasiswa Indonesia, padahal orientasi partainya tidak jelas.
Memang tak dapat dipungkiri, sebuah parpol pastilah berjuang untuk kepentingan partainya, banyaknya contoh di tanah air membuktikan hal tersebut. Mereka yang terpilih mewakili partai pastilah harus mewakili suara partai, bukan suara rakyat, sebab mereka dianggap petugas partai.
Demikan juga dengan yang menyebut partainya atas nama mahasiswa, mungkinkah saat telah di parlemen masih akan solid? Jangan-jangan 'setali tiga uang' dengan polah kiprah para elite politik yang notabene adalah pekerja partai. Lupa mewujudkan janji kampanye dan tak mengobati penderitaan rakyat, akibat diuber deadline partai yang berdasar ambisi pimpinan? Sungguh miris.
Dan anehnya, Â partai yang menyebut organisasinya sebagai kumpulan para mahasiswa seluruh Indonesia ini, ternyata belum 'kulonuwon' minta izin dengan seluruh mahasiswa , namun sudah berani mendeklarasikan sebagai partai mahasiswa, sehingga tak heran banyak mendapat penolakan dari berbagai pergerakan mahasiswa.
Ajaibnya lagi, Â partai yang merupakan perubahan nama Parkindo yang pastinya berbasis agama, tiba-tiba berubah haluan menjadi partai seluruh mahasiswa senusantara. Padahal di tahun 1973 kabarnya sudah melebur dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI), lalu ini Parkindo yang mana lagi?
Partai lama yang kemudian dipoles dengan kepengurusan baru, yang ternyata dipimpin oleh Ketua BEM Nusantara  kubu 12 Maret 2021. Dikhawatirkan jiwa dan semangatnya menjadi percobaan skenario dan misi dari pihak-pihak tertentu, sebab membawa nama seluruh mahasiswa senusantara.
Apabila memang partai ini benar-benar datang dari mahasiswa, sudah seharusnya adalah partai yang benar-benar partai baru, bukan partai lama yang berubah nama.Â
Namun meski demikian, pembentukan partai baru pun layak dipertanyakan, sebab akan membatasi langkah dan independensi mahasiswa dalam mengekspresikan pendapatnya.
Banyaknya tudingan miring mengarah pada para mahasiswa yang tregabung dalam Partai Mahasiswa, karena mereka dianggap mudah terkena bujuk rayu tanpa pikir panjang saa bergabung di dalamnya. Masyarakat apatis terhadap semangat tinggi para mahasiswa tersebut, sebab dikhawatirkan seiring waktu harus lebih banyak mengalah terhadap kepenngan partai dengan visi-misi sebelumnya.
Kubu BEM Nusantara versi 11 Maret 2021, Dimas, menyebut pihaknya tidak ikut campur dalam pembentukan Partai Mahasiswa Indonesia, dan mengecam pembentukan partai yang mengatasnamakan mahasiswa tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia sedangi dalam kondisi terpecah.
Ada  kepentingan apa dibalik terbenuknya Partai Mahasiswa? Jika memang murni terbentuk dari aspirasi mahasiswa, lalu kenapa harus hasil daur ulang dari partai lama? Mengapa tidak pure terbentuk dari partai yang betul-betul baru? Mungkikah demi menghemat anggaran hingga membentuk partai daur ulang?Â