Saat diberlakukan peleburan partai di masa Orde Baru, tepatnya pada 10 Januari 1973, Parkindo bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Dahsyatnya independensi mahasiswa
Kita pernah mengakui, bagaimana dahsyatnya kekuatan mahasiswa saat menyuarakan penderitaan rakyat, hingga berujung mampu menurunkan penguasa dari tampuk kekuasaannya. Kita masih ingat bagaimana kuatnya kukuatan mahasiswa saat Orde Lama dengan Tritura, sampai dahsyatnya kekuatan mahasiswa saat berhasil menumbangkan rezim Orde Baru.
Kekuatan mahasiswa yang super dahsyat dakam menyuarakan dan membela  hak-hak rakyat, sudah selayaknya diapresiatif, bukan malah dipecah belah. Sehingga bila ada perpecahan di internal pergerakan mahasiswa, sudah sepatutnya dipersatukan kembali, bukan malah ditunggangi.Â
Bagi mereka yang menginginkan kemandirian mahaisswa agar independen dalam berbuat dan bersikap, pastilah berusaha mempersatukan mahasiswa kembali. Namun akan banding terbalik dengan pihak-pihak tertentu yang gerah diutak-atik dan dilawan, pastilah akan tertawa sumringah melihat adanya perpecahan tersebut.
Terpecahnya mahasiswa
Pada mulanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mahasiswa nusantara adalah sebuah kesatuan kompak dari independensi mahasiswa seluruh Indonesia. Namun karena sesuatu dan lain hal,mereka terpecah menjadi dua kubu, hingga muncul ketua yang baru.Â
Ketua baru tidak sependapat dengan pemikiran ketua sebelumnya. Dari sinilah bibit perpecahan itu dimulai.
Munculnya pihak lain yang memberi peluang penganugerahan parpol agar salah satu kubu ini memiliki wadah untuk menyuarakan pendapat, jelas dianggap kubu lainnya sebagai upaya mengebiri independensi pendapat pada waktunya kelak, sebab berkelindan kepentingan politik yang pragmatis.
Ketua Umum Partai Mahasiswa Eko Pratama adalahi Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara yang terpilih secara musyawarah pada 12 Maret 2021. Namun saat Temu Nasional ke-XII, BEM terbelah menjadi dua kubu, dengan satu lagi berada di bawah kepemimpinan yang terpilih pada 11 Maret 2021, yaitu Dimas.
Kubu Dimas secara terang-terangan telah menentang pembentukan partai mahasiswa, karena dinilai bertentangan dengan semangat mahasiswa, merugikan gerakan mahasiswa, sebab penggunaan nama mahasiswa tanpa komunikasi dan sosialisasi.Â