Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Putin: Antara Harta, Tahta, Wanita, dan G20

25 Maret 2022   16:22 Diperbarui: 25 Maret 2022   16:51 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mendapat keistimewaan dari Swiss karena berhasil menyembunyikan kekasihnya di sana, Putin juga akan mendapat perlakuan istimewa dari Indonesia saat G20 nanti sebab Menko Marves Luhut Panjaitan telah memberi tugas spesial pada Panglima TNI Andika Perkasa untuk mempersiapkan pengamanan  khusus

Penyelenggaraan pertemuan G20 dengan tuan rumah Indonesia, yang rencananya digelar di Bali terasa bagai dilema. Sebuah dilema akibat dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina.

Sebagai empunya rumah, tentu saja Indonesia salah tingkah. Sebab jika mengikuti pendapat Amerika dan negara-negara barat lainnya, tentu saja Indonesia harus berkomitmen untuk tidak mengundang Vladimir Putin dalam pertemuan ekonomi tingkat dunia tersebut, sebab danggap penjahat perang dan pelanggar hak asasi kemanusiaan. 

Sementara disisi lain, jika Indonesia tidak mengundang Putin, pastinya sangat kikuk bersikap, terutama terhadap China. Sebab negara tirai bambu secara terang-terangan menyebut Indonesia harus menghargai perbedaan multidimensi dan urusan dalam negeri negara lain. Sementara jika menyangkut China, tentunya Indonesia memiliki dilema dalam bersikap karena memiliki pinjaman cukup besar.

Tentang Rusia: Indonesia ewuh pakewuh

Indonesia salah tingkah, antara mengundang Rusia atau tidak, serba ewuh pakewuh, seperti peribahasa memakan buah simalakama, mengundang tapi tidak enak bersikap pada Amerika dan sekutunya. Namun jika tidak mengundang, juga tidak enak bersikap pada Rusia, apalagi bila dikaitkan dengan "sungkanisasi" terhadap China yang menghendaki Rusia hadir.

Perang Rusia dengan Ukraina sedikit banyak pasti membawa dampak terhadap negara kita. Jika saat ini terasa kikuk saat harus bersikap dalam pertemuan G20, maka ke depannya akan berpengaruh pada hal-hal lainnya. Apalagi jika perang terus berlanjut dengan kian panasnya Rusia akibat keroyokan negara-negara barat terutama AS. Maka yang dikhawatirkan dapat memicu ketegangan tingkat tinggi dengan senjata pamungkasnya, apalagi kalau bukan nuklir.

Bagi Indonesia sebagai negara netral tentunya tidak menjadi masalah, meskipun terkadang ditanggapi negara lain sebagai negara dengan sikap membingungkan. 

Perang Rusia-Ukraina pastinya akan sangat berdampak terhadap Indonesia, apalagi jika negara kita memiliki kepentingan ekspor impor terhadap dua negara tersebut. Belum lagi ditambah porak-porandanya Ukraina saat ini, tentunya membawa dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi jangka panjang. Sedangkan Rusia, mungkin tidak terlalu berdampak, namun lama kelamaan embargo dari barat bisa mempengaruhi jika rakyatnya kurang solid.      

Netralitas Indonesia dan pengendalian emosi para Raja nuklir

Kekhawatiran dunia adalah jika Rusia tidak dapat mengendalikan emosinya, demikian juga dengan AS dan negara-negara sekutunya, yang notabene pemilik nuklir, dikhawatirkan akan terjadi perang nuklir yang tentunya dapat memicu Perang Dunia Ketiga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun