Indonesia tak akan pernah mengalami kemerdekaan seandainya dahulu tetap dalam  kubu-kubu kedaerahan yang diciptakan penjajah. Jong Java, Jong Ambon, dan segala macam organisasi yang bersifat kedaerahan tak pernah membuahkan kemenangan melawan penjajah.
Kecerdasan pola pikir para pemuda Indonesia di 1928 untuk bersatu yang akhirnya membuahkan hasil kemerdekaan di 1945. Tak kan ada sebuah kemenangan hakiki melawan penjajah jika terpecah belah menjadi bagian kecil, hanya semacam ombak dan riak-riak kecil yang tak berarti apa-apa. Namun bila ombak itu bersatu menjadi sebuah kekuatan besar, maka akan dapat memporak porandakan semuanya, bahkan membuat sebuah pulau tenggelam.
Kembali ke masalah konflik Rusia-Ukraina, meskipun NATO tidak memberikan wujud nyata pembelaannnya karena Ukraina belum menjadi bagian anggotanya. Namun sikap dan perlakuan khusus yang diberikan oleh negara barat dan sekutunya, jelas menunjukkan pembelaan yang luar biasa. Namun beranikah mereka secara tegas memberi sanksi pada Israel sebagaimana memberi sanksi pada Rusia?, Sepertinya jauh panggang dari api.
Palestina bukan Ukraina, negara ini bukan sekutu barat, tak akan ada negara yang mau membela mati-matian terhadap nasib malang yang menimpanya. Palestina hanya berharap pada negara-negara yang masih memiliki empati dan rasa kemanusiaan. Palestina tidak pernah akan menjadi negara berdaulat yang diakui di seluruh dunia, jika seluruh dunia masih berhegemoni pada egosentris kepentingan politik, ekonomi, perluasan pengaruh,dan berkelindan dalam egoisme kepentingan negaranya sendiri, Â sementara negara-negara terbelakang lainnya pun terpaksa hanya menjadi penggembira demi keselamatan dan keuntungan negaranya
Jika dunia tidak sedang tenggelam dalam egoisme, propaganda kepentingan, dan perebutan pengaruh, pastinya penderitaan Palestina akan sama terekspos seerti Ukraina. Sama mendapat perlakuan dan perhatian, tidak justru tenggelam dalam tudingan kesalahan dan ekstrimisme.Â
Tampaknya sangat mustahil jika ada negara yang berani memberi sanksi politik, embargo, ekonomi, dan keuangan kepada Israel sebagaimana memberi sanksi terhadap Rusia. Meskipun pelanggarannnya tidak berbeda jauh, bahkan justru Israel yang lebih parah, karena menjajah negara yang memberinya tumpangan hidup. Mungkin hanya negara-negara berkembang kurang berpengaruh tapi memiliki nurani saja yang berani melakukan hal itu, sementara negara-negara kuat tak akan melakukan hal yang sama, sebab masih berkelindannya faktor egoisme dan kepentingan.
Membela Ukraina tapi jangan lupakan Palestina juga, jika masih memiliki hati nurani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H