Bahkan FIFA (Federation International de Football Assosiation) sebagai badan sepakbola internasional yang seharusnya bersih dari politik, namun tetap dalam sebuah persekutuan negara barat toh menunjukkan sikapnya dengan menendang Rusia, namun tak berbuat apa-apa terhadap Israel.
Israel memang seorang anak manis yang menjadi kesayangan di belahan dunia manapun. Senakal-nakalnya perbuatan dan tingkah polah yang dilakukan, dia akan tetap terlihat manis dan tak bersalah karena kecerdikannya dalam membela diri. Sementara di sisi lain, Palestina sebagai sosok anak yang selalu dicap nakal, pengganggu, dan tidak bisa tenang sebab selalu menyerang Israel.Â
Tak semua orang memahami, bahwa si Palestina melakukan semua itu akibat sikap frustasi karena selalu dianaktirikan, tak tahu harus mencari pembelaan sebab terlampau miskin papa. Sementara saudara-saudaranya yang sesama Timur Tengah pun telah banyak meninggalkan dan tak membelanya akibat faktor kepentingan dan kemanisan propaganda Israel.
Dunia tak memahami mengapa Palestina melakukan hal-hal yang dirasa mengganggu Israel, sebab negara itu tak begitu pandai berpropaganda dan membela diri, bahkan boleh jadi tak ada biaya untuk itu karena kemiskinan negaranya sebab selama sekian waktu dijajah Israel, negara yang oernah diberinya tumpangan tempat tinggal akibat holocaust di masa silam.
Yang dunia pahami saat ini, bahwa Palestina adalah pengganggu, selalu mengusik ketenangan Israel denan melontarkan bom-bom molotovnya. Padahal dunia lupa, satu lontaran bom molotov, ataupun rudal balistik kelas kambing, ataupun satu lemparan batu dari bocah-bocah Palestina, akan berbuah balasan rudal super canggih yang dalam hitungan detik mampu meluluhlantakkan kota-kota di Palestina.Â
Israel berubah menjadi negara kaya karena kecerdikannnay dan bantuan induk semang Amerika, sementara Palestina tetap miskin dan tak berdaya apa-apa. Israel memiliki pelontar rudal dan segala macam kecanggihan alutsista, bisa memenjarakan orang-orang Palestina, bahkan bocah-bocah kecil Palestina yang dicurigainya, namun banding terbalik dengan Palestina yang tak mampu berbuat apa-apa. Tak ada yang bisa dilakukan negara ini saat penduduknya diusir dengan paksa oleh Israel dari rumah-rumah yang sekian waktu menjadi tempat tinggalnya hanya karena pengadilan Israel menghasilkan putusan pengusiran paksa demi memberi hunian bagi pemukim-pemukim Yahudi.
Kta sering disuguhi pemberitaan tentang penembakan semena-mena dari tentara Israel terhadap warga Palestina hanya karena alasan hendak melakukan penyerangan meskipun kemudian tak terbukti, bahkan boleh jadi saat warga Palestina melintas dengan batuk-batuk pun bisa diklaim sebagai mencurigakan dan diberondong peluru tanpa ampun.
Israel dapat melakukan tindakan apa pun tanpa dicap bersalah oleh dunia, karena mereka pintar bersilat lidah dan membela diri. Kecerdikannya memutar balik fakta, membuat propaganda, kian membuat Palestina berada pada posisi bersalah dan selalu salah.
Dunia melupakan ada berapa banyak bocah-bocah Palestina yang berada di balik jeruji penjara Israel, hanya karena timpukan batu, atau akibat memetik sayuran liar di daerah yang diklaim sebagai tanah pendudukan Israel. Kesalahan tak berarti yang dibuat besar sebab yang terganggu adalah mereka yang kuat dan memiliki kekuatan senjata, bahkan boleh dikatakan penjajah.
Begitulah nasib rakyat terjajah, mereka akan selalu salah meskipun melakukan hal yang kecil sekalipun. Di mata penjajah segala keputusan yang dilakukan adalah sebagai pembelaan sebab yang diperbuat si terjajah adalah pemberontakan dan gangguan. Penjajah selalu benar dan si terjajah selalu salah!
Seperti yang pernah menimpa Indonesia saat penjajahan Belanda dahulu kala dengan semboyannya 'Devide et impera' (pecah belah dan jajahlah). demikian juga yang berlakui di Palestina saat ini, negara terpecah menjadi dua kubu, Hamas dan Fatah, sungguh membuka jalan mudah bagi Israel untuk menguatkan cengkeraman kekuasaann pada tanah jajahan yang pernah memberinya tumpangan hidup.