Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mudahnya Belanja Online Semudah Datangnya Permasalahan Plastik Pembungkusnya

24 Februari 2022   15:00 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:04 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daur ulang

Bagi sebagian orang, penanganan sampah akan lebih terselesaikan dengan cara didaur ulang. Tangan-tangan kreatif perseorangan ataupun kelompok menjadikan sampah plastik yang semula tak berharga apa-apa kemudian disulap menjadi barang krasi dengan nilai seni dan nilai jual tinggi.

Bahkan di beberapa negara maju berusaha mengolah sampah plastik warganya dengan berbagai macam kekreatifan daur ulang, untuk kemudian menjualnya kembali dengan harga lumayan. Atau bisa juga saat negara tersebut merasa sampah daur ulang kurang membawa nilai ekonomis, ditambah adanya resiko polusi saat daur ulang, maka mereka melakukan impor plastik sampah secara besar besaran.

China adalah contoh negara yang mengimpor sampah plastik dari beberapa negara maju, bisa ditebak apa yang dilakukan oleh negara banyak akal ini dengan sampah impornya, mereka menghasilkan banyak barang-barang dari sampah tersebut. Barang bernilai ekonomis tinggi dalam wujud menarik tentu saja laris manis saat diekspor ke negara lain. Beragam cara mereka tempuh agar barang-barang daur ulang negara mereka menghasilkan uang, termasuk merambah ke berbagai pembelanjaan online.

Pemberitaan beberapa waktu lalu menyebutkan, China tidak mau lagi menerima limbah plastik dari negara negara pemasoknya, sehingga sampah plastik beralih ke negara-negara berkembang lainnya. Banyak faktor penyebab China menjadi emoh menerima kiriman limbah plastik, bisa jadi karena negaranya sudah makmur karena masuk ke dalam kategori negara dengan ekonomi terkuat dunia setelah Amerika.

Berbelanja dengan cara apapun tetaplah menyisakan sampah plastik, apalagi dengan cara belanja online, namun sudah seharusnya belanja sadar lingkungan. Karena barang yang dipesan harus dikemas dengan sangat rapi agar tidak mengalami kerusakan selama di perjalanan, maka kemasan plastik menjadi pilihan karena lebih murah dan praktis.

Sampah plastik, salah pabrik pembuat atau pemakainya?

Beberapa waktu lalu, supermarket sempat menghentikan pasokan kantongan plastik gratis untuk para pembelinya, beragam cara ditempuh akibat adanya larangan pemerintah untuk membatasi pasokan sampah plastik. Tapi toh cara ini tidak efektif, sebab bagaimanapun di zaman serba praktis seperti ini, konsumen tidak mau direpotkan dengan membawa karung sendiri untuk barang belanjaannya.

Hingga kemudian supermarket memberlakukan tas barang belanjaan berbayar, setelah sebelumnya plastik berbayar. Memang wajib kita apresiatif tujuan positif ini demi menghindari kerusakan lingkungan akibat sampah plastik, namun terlihat aturan ini sangat tidak memihak konsumen, merugikan dari segi materi sebab harus mengeluarkan uang berlebih demi memperoleh kenyamanan saat berbelanja. Sementara dari sisi pengelola supermarket, terlihat memperoleh keuntungan dari keadaan yang dikampanyekan tersebut, yakni memperoleh pemasukan uang dari tas-tas belanja yang dibeli konsumen.

Sampah plastik tidak akan membawa dampak buruk terhadap lingkungan, jika setiap pemilik dan penghasil sampah tersebut bijak dalam menyikapi dan memperlakukan sampah.

Akan sangat tidak bijak jika pemilik sampah membuangnya sembarangan, baik di sungai ataupun di sembarang tempat. Inilah yang menjadi akar permasalahan dari segala problema sampah. Tanpa juga melupakan para produsen pembuat kantongan plastik dan segala yang benda berbahan plastik, sebab tanpa ada hasil produksi barang mereka, maka tentu saja tidak akan ada juga cerita sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun