Perilaku orang terhadap sampah plastik
Plastik menjadi malaikat penolong yang diharapkan dimana-mana. Tetapi seiring waktu berjalan, ternyata plastik yang telah berubah wujud menjadi sampah mendatangkan persoalan tersendiri, Orang tidak mau terbebani dengan masalah sampah plastik, sehingga kadang mengambil tindakan pintas yang dianggapnya mampu menyelesaikan persoalan. Dengan membuangnya di sembarang tempat, atau bahkan membakarnya, anggapan sebuah penyelesaian yang justru mendatangkan persoalan baru.
Hal-hal yang biasanya dilakukan orang-orang terhadap sampah plastik:
Membuang ke sungai
Mereka merasa dengan membuang di sungai maka segala permasalahan selesai. Memang di depan matanya sampah sudah tidak ada, namun dia lupa, atau mungkin tidak berpikir, bahwa dengan membuang sampah ke sungai dapat mengakibatkan pencemaran air, kerusakan biota air, mematikan ikan-ikan kecil. Belum lagi jika tertelan, bukankah plastik bisa menghasilkan partikel nanoplastik berukulan kecil, yang bukan hanya merusak biota ikan tapi juga kandungan air?
Sungai yang muaranya akan ke laut, maka kerusakan itu akan membawa persoalan panjang, padahal kebutuhan ikan dunia ada di laut. Kita pernah disuguhkan berita penyu dengan hidung tersumbat sedotan, atau sampah plastik yang ditemukan dalam perut ikan paus. Bahkan kabarnya di daerah paling terisolasi dunia, yang terletak di daerah pegunungan, ternyata telah tercemar sampah plastik juga. Demikian juga dengan berita terbaru beberapa waktu lalu, tentang buaya berkalung ban, meskipun bukan jenis plastik, kita bisa menangkap, bahwa masyarakat kita sedemikian doyan buang sampah apapun ke suangai, bahkan ban, terlalu!
Membakar
Dengan cara membakar, maka dalam hitungan menit, sampah plastik akan meleleh dan menghilang dari pandangan, namun pasti ada sisa sampah bakaran yang tersisa. Belum lagi ditambah dengan polusi udara yang diakibatkan pembakaran sampah plastik.
Memendam dalam tanah
Sebagian orang mencari solusi penanganan sampah plastik dengan menanamnya dalam tanah. Menggali tanah dalam-dalam, untuk kemudian menananmnya rapat-rapat. Namun ada yang terlupa, bukankah sampah terus menerus akan ada?
Bahkan meskipun ditanam pun toh sampah plastik sangat sulit terurai, jangankan hanya dalam jangka waktu puluhan tahun, ratusan tahun pun tak ada jaminan terurai tanpa sisa.