Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memberikan Pemahaman Pendidikan Seksual pada Anak Tanpa Harus Vulgar

20 Desember 2021   10:46 Diperbarui: 28 Desember 2021   11:25 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal mula terjadinya pelecehan seksual adalah dari ketidaktahuan mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak. Akibat ketidaktahuan terhadap hal ini, lahir sikap kebebasan memamerkan tubuh dan bagian-bagian lain yang seharusnya ditutupi. 

Terjadinya ajang pamer foto para remaja terutama para gadis dengan menampakkan daerah-daerah sensitifnya, jelas menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang hal-hal yang menjurus pada seksual. Bahkan saat ini sepertinya dunia abai dengan hal-hal tersebut, akibatnya lahir anggapan bahwa makin pintar menggoda melalui anggota tubuh, maka makin viral. 

Salah kaprah yang seperti ini akan melahirkan ajang perlombaan pamer tubuh di kehidupan sehari-hari hingga merambah ke media sosial. 

Ujung-ujungnya organ sensitif pun kadang tak malu dipamerkan asal viral, apalagi yang semacam foto dengan gaya sensual.

Hal-hal seperti inilah yang kadang dapat menjerumuskan anak-anak dan remaja ke dalam dunia prostitusi, terutama prostitusi online yang sangat mudah dijangkau sebab mereka generasi digital.

Sudah banyak terjadi saat ini para bocah terjerat prostitusi online, terkadang bukan masalah ekonomi yang mendasarinya, namun pemahaman agama yang kurang disertai gaya hidup hedonisme yang kuat, serta kurangnya pemahaman tentang penyakit menular.

Belum lagi banyaknya berita-berita para pemuka agama dan pendidik yang ikut terlibat juga, hingga para remaja bingung menaggapinya. Padahal salah kaprah yang dilakukan oknum pemuka agama dan pendidik bukanlah mewakili agamanya tapi karena memang kelakuannya yang amoral. Sehingga diperlukan pengetahuan agama yang kuat agar para remaja mampu menerima pendidikan seksual secara etis sekaligus bijak menilai sebuah kasus.

Penguatan iman dan keteguhan mental disertai kecerdasan emosi dari anak, akan mampu menangkal seluruh kejahatan seksual yang saat ini marak terjadi. 

Menceritakan dan mengajak anak berdiskusi tentang berbagai kisah dan kejadian akibat terlalu mengumbar hawa nafsu dengan bahasa anak-anak tanpa harus vulgar, bisa menjadi sebuah masukan berharga bagi anak.

Bagi sebagian orang memang bukan hal yang mudah bila harus memulai tentang pendidikan seksual bagi anak, berbagai rasa risih dan malu, karena sepertinya tidak etis, apalagi di zaman mereka dibesarkan dahulu tanpa mengajarkan pendidikan seksual pada anak, toh anak anak nyapun tetap aman terkendali. 

Namun jangan lupa, di zaman para orangtua dibesarkan dahulu, alat komunikasi tidak seintensif seperti sekarang. Alur informasi saat ini sangat cepat, hingga kadang tanpa batasan norma-norma dan etika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun