Banjarnegara, 12 Desember 2014 - Bencana tanah longsor kembali menimpa Indonesia, kali ini di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Longsor tersebut terjadi pada hari Jumat, 12 Desember 2014, sekitar pukul 17.30 WIB.
Longsor tersebut disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi di wilayah tersebut. Tanah longsor tersebut menimbun akses jalan utara Banjarnegara-Dieng sepanjang 1 kilometer. Selain itu, longsor tersebut juga menimbun 43 rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa dari 53 keluarga.
Pencarian korban longsor tersebut dilakukan oleh tim SAR gabungan dari berbagai instansi, termasuk TNI, Polri, Basarnas, dan BPBD. Hingga hari Senin, 15 Desember 2014, tim SAR telah menemukan 95 korban tewas dan 13 orang dinyatakan hilang.
Bencana longsor di Dusun Jemblung merupakan salah satu bencana alam paling memilukan yang pernah terjadi di Indonesia. Tragedi ini telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar.
Faktor-Faktor Penyebab Longsor
Berdasarkan hasil analisis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Dusun Jemblung. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Geomorfologi
Dusun Jemblung terletak di daerah perbukitan dengan topografi yang terjal. Kondisi ini sangat rentan terhadap terjadinya longsor.
- Batuan penutup
Batuan penutup di Dusun Jemblung berupa soil yang berasal dari pelapukan batuan breksi vulkanik. Soil memiliki tekstur yang gembur dan mudah longsor.
- Curah hujan
Curah hujan di wilayah Dusun Jemblung pada hari terjadinya longsor sangat tinggi, yaitu mencapai 100 mm per jam. Curah hujan yang tinggi tersebut memicu terjadinya longsor.
- Mata air
Pada bagian atas dan tengah bukit di Dusun Jemblung terdapat mata air. Mata air tersebut menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan rentan longsor.
- Tataguna lahan
Tataguna lahan di Dusun Jemblung sudah banyak berubah. Lahan pertanian yang semula ditanami tanaman keras seperti jati, diganti menjadi lahan pertanian tanaman tahunan seperti sayuran. Perubahan tataguna lahan ini juga turut berkontribusi terhadap terjadinya longsor.
Dampak Longsor
Bencana longsor di Dusun Jemblung telah menimbulkan banyak dampak, baik secara fisik maupun nonfisik. Dampak fisik dari longsor tersebut antara lain:
- Kematian
Longsor tersebut telah menyebabkan kematian 95 orang dan 13 orang dinyatakan hilang.
- Kerugian material
Longsor tersebut telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum, seperti rumah, jalan, dan jembatan. Kerusakan tersebut diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Dampak nonfisik dari longsor tersebut antara lain:
- Kesedihan
Kematian dan hilangnya orang-orang terkasih telah menimbulkan kesedihan mendalam bagi keluarga korban.
- Kekhawatiran
Warga di sekitar lokasi longsor merasa khawatir akan terjadinya longsor susulan.
- Ketidakpastian
Warga yang kehilangan rumah dan tempat tinggalnya merasa tidak memiliki kepastian masa depan.
Pembelajaran dari Longsor Jemblung
Bencana longsor di Dusun Jemblung merupakan pelajaran berharga bagi kita semua. Bencana tersebut menunjukkan bahwa kita harus lebih waspada terhadap potensi terjadinya bencana alam, terutama di daerah-daerah yang memiliki faktor-faktor risiko bencana.
Selain itu, kita juga harus lebih memperhatikan tataguna lahan di daerah-daerah rawan bencana. Tataguna lahan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko terjadinya bencana alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H