Bahkan dalam pandangan yang pesimistik, menurut kalangan ini, dalam kurun waktu 14 hari saja peningkatan suspect corona dinilai sangat cepat.
Tentu hal demikian berpotensi akan mengalir ke berbagai pelosok negara jika tidak segera ditangani dengan penutupan akses transportasi trans-lokal maupun trans-nasional mengingat luasnya negara kepulauan ini, dan juga relatif para suspect corona selama ini memiliki riwayat perjalanan ke/dari luar negeri atau tertular dari aktivitas tersebut.
Melihat logika dari kedua pandangan tersebut, Presiden sebagai chief executive harus mengambil langkah untuk merumuskan parameter persiapan (including bertransisi kepada opsi lockdown) secara teknis, dengan terlebih dahulu tetap memberlakukan (mempertahankan) status quo saat ini, yaitu imbauan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah.
Namun hal yang perlu selalu sosialisasikan adalah mengenai standarisasi (barometer) kapan pemerintah akan bertransisi kepada kebijakan lockdown sehingga tidak terkesan bahwa pemerintah eksklusif dari rakyatnya.
Selain itu agar persiapan dan kesiapan semua elemen dapat diantisipasi jika memang opsi selama ini (ultimatum belajar, bekerja, dan beribadah di rumah) dinilai tidak efektif dan justru tetap disertai dengan lonjakan suspect corona yang meningkat tanpa infrastruktur medis yang memadai.
Jaga selalu kesehatan, karena sehat seharusnya milik semua orang.