Mohon tunggu...
Fransiskus Rivaldo Santoso
Fransiskus Rivaldo Santoso Mohon Tunggu... Animator - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jam Karet

3 Oktober 2022   16:56 Diperbarui: 3 Oktober 2022   17:03 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Karya : Fransiskus Rivaldo Santoso            

Pagi itu, tepatnya pada hari Senin. Hari yang paling menyebalkan dan hari yang paling dibenci oleh semua orang. 

Dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan rasa malas untuk menyibukkan diri dengan berbagai hal, apalagi kalau dihadapi dengan rencana yang begitu banyak.

Hari yang penuh dengan menyebalkan itu aku dan keempat temanku telah merencanakan untuk mengadakan diskusi kelompok mengenai tugas mata kuliah. 

Terasa sulit untuk menerima perencanaan itu, tetapi mau bagaimana lagi ini adalah tugas mata kuliah. Perasaan benci akan hari itu kini tidak bisa terkalahkan oleh tugas yang diberikan.

Aku dan temanku telah sepakti untuk kerja tugasnya di Kampus Unika Santu Paulus Ruteng. Aku dan teman-teman sepakati kegiatan kerja kelompok tersebut pada pukul 10.00.

Aku mempersiapkan diri untuk pergi kekampus sesuai dengan perjanjian yang telah yang telah disepakati.

Waktu menunjukkan pukul 09.00 aku berangkat ke kampus karena rumahku cukup jauh dengan kampus. 

Aku berangkat dengan sepeda motorku dan tak sampai satu jam aku tiba di kampus. 

Aku berjalan menuju ruangan yang telah kami sepakati yaitu ruangan GUB 207. Sesampainya di ruangan itu ternyata hanya aku sendiri yang sudah datang. Aku duduk di kursi menanti kedatangan keempat temanku Arlan, Arman, Alfan dan Bona sambil membuka materi yang hendak didiskusikan. 

Kurang lebih satu jam aku menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 keempat temanku belum juga muncul, aku sudah mulai kesal karena mereka belum juga muncul sementara waktu yang telah disepakati sudah lewat setengah jam. Pikiranku menjadi kacau dan dalam hatiku berkata " apakah kerja kelompok ini masih jadi atau tidak?"

Karena aku takut akan kegagalan dari mata kuliah yang ditugaskan itu, aku menelpon temanku Arlan, aku mengambil handphoneku dan menelponnya. Bunyi berdering handphone tanda masuk pun terdengar dan arlan mengangkatnya.

"Hallo." Ucap Arlan.

"Iya bro, kamu di mana sudah? Saya sudah tunggu dari tadi di kampus ini" kataku.

"Iya bro sabar sedikit lagi ini sudah menuju kampus. Jangan marah karena bemo tadi terlambat" kata Arlan.

 "Iya bro, tidak apa-apa , saya tunggu di kampus" ucapku.

"Ok bro siap. Off dulu bro" ucap Arlan.

Telpon pun berakhir dan hatiku kembali tenang ketika mendapatkan jawaban dari Arlan yang ternyata kerja tugasnya masih jadi. 

Selang beberapa menit kemudian Arlan tiba di ruangan kelas. "halo bro, jangan marah saya baru datang." Ucap Arlan.

"Tidak apa-apa lan, santai saja" 

"Terus teman yang lain mana bro?" Tanya Arlan

"Mereka belum datang Land." 

"Aduh bagaimana ini kerja kelompok ini sudah telat satu jam lebih." Kata Arlan.

"Kita bersabar saja. Mungkin mereka lagi di jalan" kataku.

Kami berduapun duduk menunggu kedatangan dari tiga orang teman kami sambil bercakap-cakap mengenai materi yang akan di diskusikan. 

Waktu semakin Molor, Kami sudah tak sabar lagi untuk memulai diskusi tersebut sebab waktunya sudah lewat namun mau apalagi keinginan kami ini tidak terpenuhi hanya karena kedatangan dari teman kami yang tidak disiplin. 

Rasa kecewa dan kesal mengalir dalam diri kami atas tindakan dari teman-teman kami tersebut, kami berdua berniat untuk menelpon mereka agar teman-teman kami cepat datang kekampus.

"Lan bagaimana ini teman-teman kita ini belum juga muncul masa kita kerja berdua saja ini tugas" ucapku.

"Bagaimana ini sudah bro, kita telpon saja mereka siapa tahu mereka lupa lagi dengan tugas ini." Jawab Arlan.

"Baik sudah, kalau begitu saya telpon Bona dan Kamu menelpon Arman dan Alfan."

"Ok de." Jawab Arlan.

Kami berdua menelpon teman --teman kami sesuai dengan kesepakatan. Aku menelpon Bona sedangkan Arlan menelpon Arman dan Alfan.

Bunyi berdering tanda masuk teleponku kepada Bona dan tidak lama kemudian Bona mengangkatnya. 

"Halo abang, saya lagi di jalan ini soalnya saya lupa tadi kalu hari ini kita ada kegiatan diskusi." Kata Bona dalam telpon.

"Cepat sudah teman ini sekarang sudah menunjukkan pukul 12 kita sudah telat dua jam dan apa lagi ini jam makan siang sudah, aku dengan Arlan sudah dari tadi disini. Cepat sudah kami tunggu." Jelasku dalm telpon

"Ok baik sudah abang, ini sudah di jalan ini. Off dulu ya." Kata Bona mengakhiri telpon

"Ok bro." Jawabku.

Aku mengakhiri telpon dengan Bona dengan penuh percaya dan berharap Bona akan segera tiba di kampus akan tetapi, harapan itu ternyata salah Bona bukannya saja sudah di jalan melainkan masih di rumahnya dan baru bangun. Aku menghampiri Arlan dan menanyakan tentang kabar dari Alfan dan Arman.

"Lan bagaimana jawaban dari Alfan dan Arman?" Tanyaku.

"Sabar Bro, ini baru mau telpon lagi soalnya tadi mereka tidak angkat." jawab Arlan.

"Ok de, kamu telpon lagi." kataku.

Arlan menelpon kembali Arman dan Alfan alhasilnya mereka berdua menjawab telpon darinya dan ternyata Alfan masih di rumah dan baru bangun tidur juga seperti Bona.

"Hallo, Alfan cepat sudah ke kampus saya dengan Rival sudah menunggu dari tadi ini!" Kata Arlan dengan nada yang tegas.

"Ok, bung ini sudah mau jalan. Mohon maaf karena ban motor saya tadi pecah." Kata Alfan dengan alasannya.

"Oke, sekarang cepat kami tunggu" kata Arlan.

Telpon antara Arlan dan Alfan pun berakhir, lalu Arlan menelpon lagi si Arman karena waktu telpon segitiga itu Arman cepat putus telponnya. Suara berdering pun keluar dari handpone milik Arlan tanda panggilannya berhasil.

"Hallo Arman..kamu ini punya niat atau tidak kerja tugas ini! Kalau tidak ada mending keluar karena kami disini sudah menunggu kedatangan dari kelian bertiga berjam-jam. Kata Arlan dengan nada yang marah."

"Iya, bro ini sudah di jalan sabar ya." Jawab Arman.

"kalau kalian tidak ada niat,,tolong berbicara atau kabar supaya kami tidak menunggu." lanjut Arlan.

"Iya bro,,, saya masi ada niat saya lagi tunggu alfan jemput. Jangan marah ,,mohon maaf." Kata Arman.

"Ok. Cepat ini sudah menunjukkan pukul 13.00. kata Arlan" Arman langsung mati telponnya karena marah atas perlakuan dari teman-temannya. Kemudian akupun mengahampirinya 

"Bagaimana jawaban dari mereka sudah lan." tanyaku

 Arlan menjawab "katanya mereka sudah di jalan" 

Aku terdiam mendengar jawaban dari Arman karena ketiga temanku semuanya menjawab di jalan tetapi kenyataannya belum muncul sementara jarak rumah mereka dengan kampus tidak jauh. 

 Kami berdua pun kembali duduk di kursi sambil membicarakan ulah dari teman kami yang tidak 

disiplin dan tidak bisa menghargai waktu. Waktu menunjukkan pukul setengah dua bona pun mencul di hadapan kami dan menyapa " selamat siang teman"

"Teman-teman mohon maaf saya terlambat karena di jalan ada macet" sapa Bona

Aku menjawab "iya selamat siang juga, tidak apa-apa" 

sementara Arlan tidak menjawab sapaan dari Bona karena dirinya sudah kesal lalu memberikan kata-kata marah kepada Bona 

"Hei,, teman kalau memang tidak ada niat untuk bekerja atau gabung dengan kita mending keluar!." Aku terdiam mendengar kata-kata dari Arlan dan dalam hati muncul ketakutan kalau-kalau Arlan dan bona akan berkelahi. Bona juga hanya terdiam karena mengaku salah. 

Kemudian aku pun menghampiri Arlan dan berkata

"sudahlah kita harus bersabar." Waktu sudah menunjukkan pukul dua yang datang baru kami bertiga sementara Arman dan Alfan belum juga muncul di kampus. Aku mulai panik dengan hal ini sebab diskusi ini dilaksanakan untuk menjalankan presentasi lusa. 

Sementara di rumah Rumah Alfan baru siap-siap untuk pergi diskusi tersebut sambil berkata " saya malas sekali dengan teman-teman yang mendesak ini mereka tidak tahu dinginnya kota ruteng." Alfan kemudian menyiapakan sepeda motornya untuk berangkat ke kampus tersebut, tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan Arman yang menyapanya "Halo Alfan" Alfan binggung dan berpikir mungkin diskusi kelompoknya sudah selesai karena melihat Arman datang . kemudian Alfan berkata 

 "Kamu sudah pulang? Diskusinya sudah selesai? Dan bagaimana hasilnya". 

 Arman kaget mendengar pertanyaan dari temannya tersebut kemudian berkata 

 "Maksudnya bagaimana ini,, ini saya baru mau berangkat itu makanya saya datang kerumahmu." Jawab Arman. 

Alfan tersenyum mendengar jawaban dari Arman ternyata dugaannya salah lalu Alfan berkata " saya pikir sudah selesai,,, baiklah kalau begitu kita berangkat .". mereka berduapun berangkat ke kampus dengan waktu sudah menunjukan pukul setengah empat itu artinya mereka sudah terlambat berjam-jam. Di jalan Alfan berkata kepada Arman " kalau mereka bertanya kenapa kalian terlambat? Kita harus menjawabnya soalnyatadi ban motornya pecah dan di bengkel antre lagi." Ide yang buruk dari Alfan pun disetujui oleh temannya Arman.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore itu artinya diskusi itu sudah terlambat dan dinyatakan tidak akan dilaksanakan pada hari itu. Aku pun duduk dan merenung atas tindakan dari teman-teman yang jam karet itu dan merasa takut di katakan sebagai seorang ketua kelompok yang tidak bertanggung jawab. Selagi kami bertiga ngobrol tiba-tiba Alfan dan Arrman datang dan menyapa "selamat sore,,teman-teman." Tanpa berpikir panjang dan membalas sapaan dari Alfan dan Arman itu, Arlan langsung mendorong Alfan hingga terjatuh.

"Brekkkk!" Arlan merasa sangat emosi atas perbuatan dari teman-temannya yang tidak bertanggung jawab. Karena Alfan tidak terima, mereka berduanya pun berkelahi aku dan Bona serta Arman sangat panik melihat hal itu apalagi terjadi di dalam ruangan kelas. Kami bertiga pun meleraikan perkelahian mereka dan membawa mereka ketempat duduk. 

Aku memberikan nasihat kepada mereka semua yang ada bahwa 

"Kita harus menjadi mahasiswa yang bertanggung jawab, tidak boleh mengecewakan teman dan tidak boleh melalaikan tugas yang menjadi tanggung jawab bersama." Mendengar hal itu keempat temanku terdiam tanpa satu pun yang bersuara kemudian aku menjelaskan bahwa kita harus bersabar juga tidak boleh pakai kekerasan karena kita ini bukan anak kecil yang harus disuap lagi baru mau makan. Keempat temannku 

Berdiri dari tempat duduknya sambil merangkul satu sama lain dan mengucapkan permohonan maaf serta berjanji tidak mengulanggi hal itu.

Begitulah kisah dari kelima tokoh dalam cerpen yang berjudul "Jam Karet".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun