Profesi guru seringkali dianggap sebagai panggilan jiwa yang mulia. Namun, di balik kemuliaan ini, tersembunyi beragam tantangan dan kompleksitas yang harus dihadapi. Berdasarkan data Kemendikbudristek, jumlah guru di Indonesia mencapai 3,36 juta orang pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024. Dengan jumlah yang signifikan ini, penting untuk memahami bagaimana pengalaman dan pandangan mereka terhadap profesi yang mereka emban.
Pengalaman pribadi, baik yang manis maupun pahit, sangat mempengaruhi persepsi guru terhadap profesi mereka. Pengalaman mengajar yang penuh suka cita, seperti menyaksikan kemajuan siswa, memberikan motivasi dan kepuasan tersendiri. Sebaliknya, kondisi kerja yang berat, minimnya fasilitas pendidikan, dan kurangnya dukungan dari Kepala Sekolah dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kelelahan. Motivasi awal menjadi guru juga berperan besar dalam membentuk komitmen mereka terhadap profesi ini. Banyak yang memilih jalur ini karena panggilan jiwa dan keinginan tulus untuk mendidik generasi muda. Namun, ada pula yang terpaksa memilih profesi ini karena keterbatasan pilihan karier lainnya, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kepuasan kerja mereka.
Dalam cerminan ini, terlihat bahwa profesi guru adalah sebuah perjalanan yang penuh dinamika, menuntut pengorbanan, dedikasi, dan kesabaran. Semoga dengan memahami lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi para guru, kita dapat memberikan dukungan dan penghargaan yang layak bagi mereka yang telah berjuang demi masa depan bangsa.
Pandangan Guru Terhadap Profesi Mereka
Menjadi guru puas atau tidak, suka atau tidak, termotivasi tidak akan terbentuk dari 3 pandangan mereka pada profesinya:
1. Pengalaman Pribadi. Pengalaman mengajar yang positif atau negatif sangat mempengaruhi persepsi guru terhadap profesinya. Banyak guru merasa bangga saat melihat kemajuan siswa mereka. Saya, seorang guru SMK di Samarinda, Kalimantan Timur, merasa sangat bahagia ketika salah satu siswa yang dulunya kesulitan belajar, kini berhasil meraih prestasi, berhasil dalam karir. Pengalaman semacam ini memberikan motivasi dan kepuasan tersendiri bagi para pendidik.
Namun, tidak semua pengalaman guru bersifat positif. Banyak guru menghadapi tantangan sehari-hari yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap profesi ini. Contoh, seorang guru di daerah pedalaman Kalimantan Timur mengeluhkan minimnya fasilitas dan dukungan, yang membuat proses belajar mengajar menjadi sangat sulit. Ini menunjukkan bahwa pengalaman mengajar yang beragam dapat membentuk pandangan yang berbeda-beda, tergantung pada konteks dan kondisi yang dihadapi.
Menurut Kumparan.com. Daerah pedalaman Kalimantan Timur yang menghadapi minimnya fasilitas pendidikan, termasuk internet dan listrik, meliputi beberapa wilayah seperti Kutai Timur, Berau, dan Mahakam Ulu. Di daerah-daerah ini, akses ke pendidikan masih sangat terbatas, dan banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas dasar yang memadai.
2. Kondisi Kerja dan Fasilitas. Kondisi kerja yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Jika fasilitas sekolah memadai, seperti ruang kelas yang nyaman dan alat bantu mengajar yang cukup, dapat mendukung proses pembelajaran yang efektif. Di beberapa sekolah yang memiliki fasilitas lengkap, guru melaporkan bahwa mereka merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam mengajar.
Sebaliknya, di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, guru harus berjuang dengan kondisi yang kurang ideal. Banyak sekolah tidak memiliki fasilitas dasar, seperti toilet yang layak atau akses internet. Hal ini tentu saja menghambat proses belajar mengajar dan membuat guru merasa tertekan. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Kemdikbud, sekitar 60% guru di daerah terpencil melaporkan bahwa mereka merasa tidak puas dengan kondisi kerja mereka.
Dukungan dari Kepala Sekolah juga berperan penting dalam menentukan kepuasan kerja guru. Kepala Sekolah yang  mendukung dan pengakuan terhadap kerja keras guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja mereka. Namun, jika pimpinan tidak memberikan perhatian yang cukup, guru dapat merasa diabaikan dan kurang dihargai, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja mereka.