Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi Kian Panas, Apa Langkah Konkrit Kita Menanggulangi?

6 November 2024   12:59 Diperbarui: 8 November 2024   00:04 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tutup artikel opini ini dengan sebuah puisi berjudul "Secangkir Bumi dalam Hangat" memakai metafora kopi untuk menggambarkan keadaan bumi yang terus memanas serta meresahkan. Puisi yang mengilustrasikan bagaimana bumi memanas yang terus sehingga menjadi membara. Hutan hijau yang berganti jadi abu serta bara melambangkan deforestasi serta kehancuran alam yang terjalin secara selalu. Keringat bumi yang mengucur serta panas yang tidak kunjung surut menggambarkan dampak dari pergantian suhu yang terus terasa, semacam kenaikan temperatur serta cuaca yang ekstrem. Terdapat kerinduan dimana bumi masih hijau serta fresh. Kenangan daun- daun hijau yang tinggal cerita menampilkan nostalgia serta penyesalan atas hilangnya keelokan alam. Walaupun suasana bumi terus menjadi memanas serta meresahkan, tiap tegukan kopi pagi serta malam membawa kehangatan dan harapan. Ada doa serta mimpi membuat pagi yang lebih sejuk serta bumi yang kembali hijau. Intinya, puisi ini merupakan panggilan bagi kita untuk menghiraukan keadaan bumi serta lingkungan, dan harapan adanya perubaham kesegaran dan kehijauan. Ya sebuah refleksi yang mendalam tentang ikatan kita dengan alam.

Secangkir Bumi dalam Hangat

Oleh : Falah Yu

Di masing- masing tegukan kopi pagi, hangat menyelimuti

Bumi meringik, sebab panas terus membara

Keringatnya mengucur, bagaikan uap dari cawan hitam

Meneteskan rasa getir yang tidak sempat hilang

Hutan rimbun berganti, jadi abu serta bara

Merindu hijau dedaunan, yang saat ini tinggal cerita

 

Secangkir kopi malam, mengiringi malam yang gelisah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun