Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pesugihan Tanpa Tumbal

25 Oktober 2024   22:38 Diperbarui: 30 Oktober 2024   21:07 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, si monyet seolah mengabaikan teriakannya. Uang di tangan mungilnya dikibas-kibaskan, membuat Marsidi semakin geram. "Monyet, itu uangku! Kau nggak butuh uang, kan? Kembalikan sekarang!" Marsidi membujuk, napasnya terengah.
Si monyet hanya memandang sekilas dengan mata jahil, kemudian melompat ke dahan pohon terdekat dan memamerkan uang yang baru saja direbutnya. Seperti main-main, si monyet mulai menggigit uang itu dengan gigi tajamnya, mengoyak sebagian dan menjatuhkannya ke tanah.

"Monyet, kumohon... itu untuk keluargaku! Aku bisa kehilangan segalanya!" teriak  Marsidi putus asa, air matanya mulai menggenang. Namun, si monyet tidak tergerak. Makin parah, uang itu terus dikoyak-koyak, sebagian bahkan ditelan.  Marsidi hanya bisa berdiri lemas, menyaksikan lembaran uang yang tinggal sebagian hancur berkeping-keping, tak lagi bisa digunakan.

Tanpa uang itu, uang dalam kendil tidak akan pernah kembali. Marsidi hanya bisa teriak, menyadari kesalahan kecilnya telah membawanya kembali ke dalam jurang kemiskinan. Semua harapan yang pernah ia punya kini hancur lebur, seolah hilang ditelan nasib malang dalam bentuk seekor monyet yang membawa pergi sisa-sisa kehidupannya.

***
Kembali dia ke  Guru. "Guru... Saya tidak mengerti. Bukankah Guru berkata kendil itu akan memberikan uang tanpa syarat?" tanya Marsidi seperti nada protes.

Guru menghela napas panjang, seolah lelah mendengar keluh-kesah yang sudah sering didengar. "Kendil itu tidak meminta tumbal, benar. Tapi keserakahan dan kerakusanmu, Marsidi... itu yang menjadi masalah. Kau tak pernah merasa cukup, tak pernah berhenti mencari-cari, memaksakan agar kekayaan datang dalam sekejap. Dan kau lihat apa hasilnya? Keluargamu tidak diberkati dengan kedamaian. Malapetaka datang silih berganti."

Marsidi merasa tenggorokannya tercekat. Bayangan kecelakaan yang menimpa diri dan anaknya terlintas dalam pikiran, juga keluarganya yang keluar masuk rumah sakit, teror yang menimpa. Kekayaan cepat ludes.  Semua itu... baru sekarang terasa seperti peringatan. "Guru... saya kira tidak ada tumbal. Tapi kenapa ini semua terjadi? Mengapa nasib buruk seperti ini menimpa saya?" tanya Marsidi menunjukkan kekecewaan.

Guru memandangi Marsidi. "Sudah kubilang tidak ada tumbal. Tetapi ketika seseorang mencari kekayaan dengan cara yang salah, alam akan berbalik melawan. Semesta memiliki caranya sendiri untuk menghukum keserakahan. Kau mengambil lebih dari yang seharusnya, dan akibatnya adalah kemalangan bertubi-tubi."

Marsidi  merasa tercekik oleh kebenaran yang menyakitkan. "Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan?" Tanya Marsidi sambil menunduk.

Guru menjawab. "Belajarlah bersyukur, Jangan sekali lagi kau meremehkan hidup. Berbaliklah dari kegelapan sebelum terlambat, atau kau akan mengorbankan lebih banyak lagi."

Dengan perasaan campur aduk, Marsidi  meninggalkan rumah Guru, setiap langkah terasa semakin berat. Malam itu, dalam keheningan yang mencekam,  Marsidi berdo'a dan meminta ampunan. Ia bertekad untuk menempuh jalan baru, meninggalkan semua praktik kelam yang menghantuinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun