Di ruang kerja yang dingin dan modern interiornya, ada TV Android, di depan Guru dengan pakaian ala direktur  sedang kucak-kucik laptop, mungkin membuat catatan bagi tamu-tamu yang berkunjung. Marsidi mulai bercerita tentang kecelakaan dan kehancuran keluarga serta usaha kuliner yang sepi pembeli. Guru mendengarkan sambil manggut-manggut dan mencatatnya di laptop, dia memberikan solusi yang terdengar konyol, namun Marsidi sangat ingin mencobanya.
"Sediakan ruangan khusus," katanya. "Sebuah kendil tertutup. Setiap malam Jum'at Legi, masuk ke dalam ruangan, baca bacaan ini dengan yakin dan buka kendil. Kau akan mendapat uang. Syaratnya, menutup kendil jangan sampai terbalik" Kata Guru sambil ngeprint bacaan tapi bukan mantra apalagi do'a dan nota mahar yang harus ditebus.
"Maaf Guru, tapi betul ini tanpa tumbal kan?", tanya Marsidi meyakinkan, karena tidak ingin terjadi apa-apa.
***
Malam Jum'at legi jam 03.13 dengan gigi gemeretak, merasakan ketegangan saat menjalani ritual. Di ruangan khusus tanpa lampu, Marsidi bersama istri membaca bacaan, dibaca sampai 13 kali,  kemudian membuka kendil yang tertutup erat. Dibukanya perlahan dengan hati berdebar-debar, ternyata kosong. Dibolak balik kendil, tangan meraba-raba dalam kendil, ternyata kosong. Keringat dingin mengucur. "Ah Guru menipu kita ya ?," kata istri pada suami. "Ah enggak mungkin bu, Guru orang sakti dan termashur, sudah banyak yang sukses. Bahkan banyak caleg, pejabat yang sukses berkatnya", elak  Marsidi. "Kita coba baca bacaan lagi bu, mungkin kita kurang yakin" kata Marsidi kepada istrinya. "Ya, kita harus yakin dan lebih serius baca bacaan, jangan sampai salah". Akhirnya mereka membaca bacaan secara sungguh-sungguh.
Menakjubkan, dibuka tutup muncul uang dari kendil melimpah keluar sampai tumpah-tumpah, bau khas uang baru, berwarna merah. Mereka sangat terkejut. " kendilnya penuh uang, kita kaya pak" kata istrinya setengah teriak. "Hus bu, jangan kencang-kencang, nanti anak-anak bangun". Marsidi dan istri merasakan kegembiraan dan kebangkitan hidup. Setiap malam Jum'at Legi, mereka gajian. Marsidi berduit kembali, menghidupi keluarga, membayar utang piutang, kekecewaan perlahan sirna. Ia menjadi jutawan mendadak seperti habis menang lotre.
Namun, saat euforia berlanjut, ada kesalahan melintas. Setelah 2 tahun 6 bulan hidup bergelimang harta, usaha kuliner lancar, mampu membeli kendaraan, tanah dan membangun rumah besar dan mewah. Saat keceriaan melanda, saat tak peduli apa gunjingan orang-orang. Setelah membaca bacaan Marsidi lupa. Lupa menutup kendil dengan benar, terbalik. Awalnya ia merasa biasa saja. "Ah masa tutup terbalik saja jadi masalah, nih aku kembalikan ke semula" gumamnya. Tapi ketika Jum'at Legi berikutnya setelah baca bacaan, kendil dibuka, tak ada uang seperserpun, kendil kosong. Hati Marsidi dan istri runtuh mencengkeram kesedihan, ditutup lagi dengan benar dan paginya dibuka, kosong. Dicobanya ritual Jum'at legi pekan berikutnya, kosong. Dicoba berikutnya kosong.
Kembali jatuh miskin mereka, ada-ada saja cara kekayaan Marsidi yang menguap, lenyap. Seperti istri sakit dan dirujuk ke rumah sakit di kota. Bekas luka terbakar Marsidi yang infeksi. Anak sakit bergantian. Semua harapan seakan terbang entah ke mana, dan mimpi kembali menjadi gelap. Marsidi dan istri mulai hampa lagi, usaha kuliner sepi. Ia menunggu dengan harapan, tetapi keputus asaan melanda.
Sementara itu datang teror untuk keluarganya, barang-barang sering pecah tanpa sebab, beterbangan, pintu dibanting, bisik-bisik memanggil  nama-nama keluarganya dan bayangan hitam melintas, mengganggu tidur anak-anaknya. Lampu-lampu malam menempel di langit-langit nyala mati, mengubah ruangan dengan nuansa kegelapan. Tak ada satu malampun dimana Marsidi  dan anak istri tidur tenang. Merasa tertekan, Marsidi kembali ke Guru untuk meminta bantuan mengatasi teror.
Dua hari setelah pulang dari  Guru, anak sulung Marsidi mengalami kecelakaan, terjatuh dari sepeda dan mengalami gegar otak. Meskipun selamat, biaya rumah sakit yang harus dibayar semakin membebani mereka. Sungguh ujian hidup yang bertubi-tubi.
***
Setelah beberapa minggu tanpa gangguan, Marsidi dengan tiada jera kembali menemui  Guru.  Kali ini Guru memberi uang ajaib sejumlah Rp 5.050.000,- dengan syarat yang ketat, uang itu harus dibelanjakan habis. Setiap kali habis, uang itu akan kembali ke dalam kendil. Marsidi merasa diberi harapan baru dan berusaha keras merencanakan pengeluaran agar sesuai.
Namun, kehidupan tampaknya terlalu keras untuk ditaklukkan. Dalam suatu momen kelalaian, setelah membayar biaya-biaya kuliah anaknya, uang tersisa Rp 50.000. "Ah, cuma Rp 50.000 ini lagi, nanti sore bisa kubelanjakan," gumamnya. Tapi tiba-tiba, dari balik semak-semak, seekor monyet datang entah dari mana, mengendap-endap dan langsung merampas uang tersebut. Marsidi terkejut dan langsung mengejar sambil berteriak, "Hei, monyet! Kembalikan uang itu! Jangan kau ambil!"