Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Kasus Ujaran Kebencian, Mari Bicara Positif

10 Oktober 2024   23:04 Diperbarui: 11 Oktober 2024   05:59 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pada tahun 2024, ujaran kebencian masih menjadi isu serius di Indonesia, terutama terkait dengan suasana politik menjelang Pemilu 2024. Salah satu kasus yang viral melibatkan beberapa tokoh politik dan influencer yang dilaporkan karena komentar mereka yang dianggap merendahkan kelompok tertentu atau menyebarkan kebencian di media sosial. Misalnya, terdapat laporan terhadap senator AW atas dugaan penistaan agama yang menciptakan kontroversi dan perdebatan di media sosial dan masyarakat luas (SINDOnews.com). 

Seorang pelaku dengan inisial AB ditangkap Bareskrim karena ujaran kebencian terkait isu Papua, yang mana ia terancam hukuman hingga 6 tahun penjara. Kasus ini menyoroti bagaimana pemerintah Indonesia terus berupaya menindak ujaran kebencian demi menjaga persatuan dan keharmonisan masyarakat (SINDOnews.com)

Dengan meningkatnya aktivitas politik dan polarisasi masyarakat terkait pemilu, kasus ujaran kebencian cenderung meningkat, dan ini menjadi perhatian serius bagi penegak hukum serta aktivis sosial untuk mengurangi dampak negatifnya (Tempo Newsletter)"

Ujaran kebencian merupakan ancaman serius bagi kehidupan berbangsa. Fenomena ini semakin marak seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan ruang publik lainnya. Kasus-kasus ujaran kebencian di Indonesia dapat dilihat dari beberapa individu atau kelompok dituntut di pengadilan karena menyebarkan kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) atau hal-hal lain yang memicu konflik sosial

Ujaran kebencian, baik dalam bentuk hinaan, fitnah, atau serangan verbal terhadap kelompok tertentu, dapat memicu perpecahan, kekerasan, dan konflik sosial. UU ITE telah menjadi dasar hukum dalam banyak kasus ini, menunjukkan komitmen pemerintah untuk menindak ujaran kebencian demi menjaga ketertiban dan keharmonisan sosial. 

Ujaran kebencian tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada stabilitas sosial dan politik di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, bangsa ini perlu mengedepankan pembelajaran bicara positif sebagai salah satu solusi membangun hidup berbangsa yang harmonis dan damai.

Arti Penting Bicara Positif

Berbicara positif adalah salah satu keterampilan komunikasi yang penting dalam membangun hubungan yang bahagia dan sehat. Kata-kata yang kita pilih dapat memiliki dampak besar pada perasaan orang lain dan cara kita berinteraksi. Berbicara positif tidak hanya berkaitan dengan apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakannya. Kata-kata positif dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, dan meningkatkan kepercayaan diri baik bagi pembicara maupun pendengar. Selain itu, berbicara positif dapat membangun hubungan yang lebih baik, meningkatkan kolaborasi, dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bersama.

Berbicara positif dapat meningkatkan kepuasan dalam hubungan interpersonal, baik itu di lingkungan keluarga, pertemanan, maupun di tempat kerja. Saat seseorang berkomunikasi dengan cara yang baik dan sopan, mereka menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi orang lain. Dimana kepercayaan antar rekan kerja dapat meningkatkan kolaborasi dan produktivitas. Bicara positif berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi. Ketika seseorang merasa didukung dan dihargai melalui komunikasi yang baik, mereka lebih cenderung untuk mengeksplorasi potensi diri mereka.

Contoh dampak positif berbicara adalah studi yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat, di mana para perawat dilatih untuk menggunakan komunikasi yang positif dengan pasien mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima perawatan dari perawat yang berbicara positif merasa lebih puas dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang dirawat oleh perawat yang menggunakan komunikasi negatif. Ini menunjukkan bahwa komunikasi yang positif tidak hanya mempengaruhi hubungan antar individu, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun