Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

Orang Samarinda juga suka dagang dan catat mencatat tulis menulis ketik mengetik kata mengata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Kasus Ujaran Kebencian, Mari Bicara Positif

10 Oktober 2024   23:04 Diperbarui: 11 Oktober 2024   04:46 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Gadis sedang Berpidato by Falah Yu via Imagine AI  

"Pada tahun 2024, ujaran kebencian masih menjadi isu serius di Indonesia, terutama terkait dengan suasana politik menjelang Pemilu 2024.Salah satu kasus yang viral melibatkan beberapa tokoh politik dan influencer yang dilaporkan karena komentar mereka yang dianggap merendahkan kelompok tertentu atau menyebarkan kebencian di media sosial. Misalnya, terdapat laporan terhadap senator AW atas dugaan penistaan agama yang menciptakan kontroversi dan perdebatan di media sosial dan masyarakat luas (SINDOnews.com). 

Seorang pelaku dengan inisial AB ditangkap Bareskrim karena ujaran kebencian terkait isu Papua, yang mana ia terancam hukuman hingga 6 tahun penjara. Kasus ini menyoroti bagaimana pemerintah Indonesia terus berupaya menindak ujaran kebencian demi menjaga persatuan dan keharmonisan masyarakat (SINDOnews.com)

Dengan meningkatnya aktivitas politik dan polarisasi masyarakat terkait pemilu, kasus ujaran kebencian cenderung meningkat, dan ini menjadi perhatian serius bagi penegak hukum serta aktivis sosial untuk mengurangi dampak negatifnya (Tempo Newsletter)"

Ujaran kebencian merupakan ancaman serius bagi kehidupan berbangsa. Fenomena ini semakin marak seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan ruang publik lainnya. Kasus-kasus ujaran kebencian di Indonesia dapat dilihat dari beberapa individu atau kelompok dituntut di pengadilan karena menyebarkan kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) atau hal-hal lain yang memicu konflik sosial

Ujaran kebencian, baik dalam bentuk hinaan, fitnah, atau serangan verbal terhadap kelompok tertentu, dapat memicu perpecahan, kekerasan, dan konflik sosial. UU ITE telah menjadi dasar hukum dalam banyak kasus ini, menunjukkan komitmen pemerintah untuk menindak ujaran kebencian demi menjaga ketertiban dan keharmonisan sosial. 

Ujaran kebencian tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada stabilitas sosial dan politik di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, bangsa ini perlu mengedepankan pembelajaran bicara positif sebagai salah satu solusi membangun hidup berbangsa yang harmonis dan damai.

Arti Penting Bicara Positif

Berbicara positif adalah salah satu keterampilan komunikasi yang penting dalam membangun hubungan yang bahagia dan sehat. Kata-kata yang kita pilih dapat memiliki dampak besar pada perasaan orang lain dan cara kita berinteraksi. Berbicara positif tidak hanya berkaitan dengan apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakannya. Kata-kata positif dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, dan meningkatkan kepercayaan diri baik bagi pembicara maupun pendengar. Selain itu, berbicara positif dapat membangun hubungan yang lebih baik, meningkatkan kolaborasi, dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bersama.

Berbicara positif dapat meningkatkan kepuasan dalam hubungan interpersonal, baik itu di lingkungan keluarga, pertemanan, maupun di tempat kerja. Saat seseorang berkomunikasi dengan cara yang baik dan sopan, mereka menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi orang lain. Dimana kepercayaan antar rekan kerja dapat meningkatkan kolaborasi dan produktivitas. Bicara positif berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi. Ketika seseorang merasa didukung dan dihargai melalui komunikasi yang baik, mereka lebih cenderung untuk mengeksplorasi potensi diri mereka.

Contoh dampak positif berbicara adalah studi yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat, di mana para perawat dilatih untuk menggunakan komunikasi yang positif dengan pasien mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima perawatan dari perawat yang berbicara positif merasa lebih puas dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang dirawat oleh perawat yang menggunakan komunikasi negatif. Ini menunjukkan bahwa komunikasi yang positif tidak hanya mempengaruhi hubungan antar individu, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Prinsip-Prinsip  Bicara Positif

Berbicara dengan positif melibatkan beberapa prinsip dasar untuk memastikan komunikasi yang efektif, etis, dan penuh hormat. Prinsip-prinsip bicara positif adalah:

1. Isi pembicaraan harus benar. Ketika berbicara, pastikan informasi yang disampaikan adalah benar dan sesuai dengan kenyataan. Jangan menyebarkan informasi palsu, hoaks, atau sesuatu yang belum diverifikasi kebenarannya. Ini penting agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau dampak negatif di kemudian hari. Kejujuran dalam berbicara juga mencerminkan integritas dan tanggung jawab kita terhadap kebenaran.

2. Berbicara harus yang berguna dan membantu. Pembicaraan yang baik adalah yang membawa manfaat dan membantu orang lain. Ketika berbicara, pastikan bahwa informasi atau pesan yang disampaikan memiliki nilai dan bisa berguna bagi orang yang mendengarnya. Hindari pembicaraan yang hanya berisi gosip, kritik yang tidak membangun, atau hal-hal yang tidak bermanfaat.

3. Saat mengambil Informasi dari orang lain harus atas seijin yang bersangkutan.  Jika kita ingin menggunakan atau menyebarkan informasi yang diperoleh dari orang lain, pastikan sudah mendapat izin atau persetujuan dari yang bersangkutan. Ini merupakan bentuk penghormatan terhadap hak privasi dan kepemilikan informasi seseorang. Menggunakan informasi tanpa izin dapat merugikan pihak lain dan dianggap tidak etis.

4. Disampaikan harus yang diperlukan. Berbicara hanya ketika memang diperlukan dan relevan. Hindari berbicara berlebihan atau membicarakan hal-hal yang tidak penting, karena ini bisa mengganggu orang lain dan mengurangi efektivitas komunikasi. Sesuaikan apa yang disampaikan dengan situasi dan kebutuhan yang ada, agar setiap kata yang diucapkan memiliki tujuan jelas dan bermanfaat.

Berbicara tentang hal-hal yang tidak relevan dapat menyebabkan kebosanan dan ketidakpuasan dalam interaksi. Fokus pada topik yang bermanfaat dan relevan bagi semua pihak yang terlibat dalam percakapan.

Kita juga harus menghindari membicarakan semua yang kita dengar. Menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik. Penting untuk berpikir sebelum berbicara dan memastikan bahwa informasi yang kita sampaikan adalah akurat dan bermanfaat.

5  Berbicara dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah. Nada suara yang terlalu keras dapat dianggap agresif, sementara nada yang terlalu rendah dapat membuat pesan sulit dipahami. Menemukan keseimbangan dalam berbicara sangat penting untuk memastikan pesan kita diterima dengan baik.

6. Bicara  harus sopan. Kesopanan dalam berbicara menunjukkan penghargaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Gunakan bahasa yang santun, nada yang tenang, dan hindari kata-kata kasar atau provokatif. Sikap sopan dalam berbicara membantu membangun hubungan yang harmonis dan menjaga suasana yang kondusif di dalam komunikasi.

Bicara dengan sopan adalah cerminan dari rasa hormat dan kesantunan kita terhadap orang lain. Saat berbicara, pilihlah kata-kata yang tidak menyakitkan hati atau menyinggung perasaan lawan bicara. Jaga bahasa agar tetap baik, terutama saat berbicara di depan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. 

Sampaikan kata-kata dengan nada yang ramah. Hormati orang yang sedang berbicara dengan mendengarkan secara penuh sebelum merespons. Contoh penggunaan kata sopan: Maaf, boleh saya bertanya sesuatu?. Tolong, bisa bantu saya mencari buku ini?. Terima kasih banyak atas bantuan.

7. Menghindari perdebatan dan saling membantah meskipun kita berada di pihak yang benar. Sering kali, perdebatan dapat berkembang menjadi konflik jika tidak dikelola dengan baik. Menghindari perdebatan tidak berarti kita tidak boleh berbicara tentang perbedaan pandangan, tetapi lebih kepada bagaimana kita mengelola perbedaan tersebut agar tidak merusak hubungan dan suasana. Menghindari perdebatan dan saling membantah meskipun kita berada di pihak yang benar sangat penting karena untuk mempertahankan hubungan agar tetap harmonis. Kita cenderung lebih terbuka untuk mendengarkan pandangan orang lain, yang dapat memperkaya wawasan kita. Dengan tidak terlibat dalam perdebatan, kita dapat menghindari situasi yang dapat menjadi merugikan.

Konflik yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak hubungan dan menciptakan ketegangan. Penting untuk mencari jalan tengah dan berkomunikasi dengan cara yang konstruktif, ketika ada perbedaan pendapat. 

8. Mengubah kalimat negatif menjadi kalimat positif. Misalnya, mengatakan "Saya tidak bisa melakukan ini," kita bisa mengatakannya dengan cara yang lebih positif, seperti "Saya akan mencoba untuk melakukan ini." Pendekatan ini tidak hanya membantu kita untuk berpikir lebih positif, tetapi juga dapat memengaruhi cara orang lain merespons kita.

"Saya selalu gagal," kita bisa membantunya dengan mengubah kalimat tersebut menjadi, "Saya belajar dari setiap pengalaman." Ini menunjukkan bahwa kita menghargai usaha mereka dan mendorong mereka untuk terus berusaha. 

Jika seseorang mengatakan, "Saya tidak pandai dalam hal ini," kita dapat mengubahnya menjadi, "Saya akan belajar lebih banyak tentang hal ini." Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mendorong individu untuk mengambil langkah-langkah positif menuju pengembangan diri.

9. Mendengarkan perkataan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya. Mendengarkan aktif dapat meningkatkan kualitas komunikasi dan memperkuat hubungan antar individu. Dengan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara, kita menunjukkan bahwa kita menghargai pendapat dan perasaan mereka. Jika kita perlu memotong pembicaraan, penting untuk meminta izin kepada yang berbicara. Ini menunjukkan rasa hormat dan kesadaran akan ruang komunikasi yang ada.

Berikan kesempatan kepada pembicara untuk menyampaikan pendapatnya tanpa memotong. Jika perlu, catat poin-poin yang ingin kita sampaikan dan tunggu hingga mereka selesai berbicara. Jika dalam situasi kelompok, pertimbangkan untuk menggunakan seorang moderator yang dapat mengelola percakapan dan memastikan semua orang mendapatkan kesempatan untuk berbicara.

10. Menghindari monopoli dalam berbicara. Orang-orang yang cenderung mendominasi percakapan sering kali dianggap kurang empatik dan tidak peduli terhadap orang lain. Penting untuk memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara dan berbagi pandangan mereka.

Berikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Saat orang lain berbicara, tunjukkan bahwa kita mendengarkan dengan memberikan umpan balik yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa kita menghargai kontribusi mereka. Batasi waktu berbicara untuk diri sendiri dan dorong orang lain untuk berbagi. Misalnya, kita bisa menetapkan waktu tertentu untuk setiap orang saat berdiskusi. 

11. Menghindari ucapan yang menyakitkan perasaan dan sikap mengejek. Setiap orang memiliki perasaan dan sensitivitas yang berbeda. Ucapan yang menyakitkan dapat membuat seseorang merasa tidak dihargai, terluka, atau bahkan kehilangan rasa percaya diri. Penting untuk memilih kata-kata dengan hati-hati dan berpikir sebelum berbicara. Menggunakan bahasa yang lembut dan penuh pengertian membantu menjaga perasaan orang lain dan membangun hubungan yang lebih baik.

Mengejek orang lain menunjukkan ketidakdewasaan dan kurangnya penghargaan terhadap perbedaan. Sikap ini tidak hanya melukai perasaan orang yang diejek tetapi juga menciptakan suasana negatif dan ketegangan dalam hubungan. Menghargai dan menerima perbedaan adalah kunci untuk membangun persatuan dan kerukunan.

Ketika berbicara, usahakan selalu menunjukkan sikap penghargaan terhadap orang lain. Ini bisa dilakukan dengan mendengarkan tanpa memotong, mengapresiasi pendapat yang berbeda, dan memberikan pujian atau kata-kata positif. 

12. Menghindari perkataan kasar, keras, dan membentak. Perkataan kasar bisa melukai perasaan orang lain dan menciptakan suasana negatif. Untuk itu, gunakan kata-kata yang lembut dan sopan dalam berkomunikasi, meskipun sedang menghadapi situasi yang sulit atau menegangkan. Maka, hubungan tetap bisa dijaga dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan lebih baik.

Berbicara dengan nada keras cenderung membuat orang lain merasa tidak nyaman atau terancam. Nada suara yang keras juga sering kali menimbulkan kesalahpahaman atau pertentangan. Atur volume suara saat berbicara agar tetap tenang dan menenangkan, sehingga komunikasi bisa berlangsung efektif dan harmonis.

Membentak adalah tindakan yang agresif dan dapat melukai perasaan serta martabat orang lain. Membentak juga dapat menciptakan jarak emosional dan merusak hubungan. Sebagai gantinya, coba untuk menyampaikan pesan dengan nada tenang dan sikap positif. Ketika berkomunikasi dengan cara yang lebih empatik dan penuh pengertian, kemungkinan besar pesan akan diterima dengan lebih baik dan suasana tetap kondusif.

Harapan

Bicara positif bukan hanya sekadar tentang memilih kata-kata yang baik, tetapi juga menciptakan suasana yang kondusif untuk diskusi yang konstruktif. Dengan berbicara positif, diharapkan kita dapat mengurangi ketegangan yang sering muncul dalam perdebatan atau diskusi dan ujaran kebencian di suasana online  maupun offline. Kata-kata yang baik dan penuh hormat akan menciptakan suasana yang lebih tenang dan mendorong orang untuk mendengarkan satu sama lain. Ketika berbicara dengan cara yang menghargai dan peduli, kita dapat membangun empati. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami sudut pandang orang lain, sehingga mengurangi potensi konflik dan permusuhan. Komunikasi yang positif akan mendorong orang untuk bekerja sama. 

Ketika orang merasa dihargai dan didengarkan, mereka lebih cenderung untuk berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama, ketimbang terjebak dalam perdebatan yang merugikan. Lingkungan yang dipenuhi dengan ucapan positif akan menciptakan budaya saling menghormati. Ini akan membuat interaksi sosial lebih menyenangkan dan konstruktif, serta menumbuhkan rasa persatuan di antara kita.

Dengan berkomunikasi secara positif, kita tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi, tetapi juga menjadi teladan bagi orang lain. Harapannya, sikap ini dapat menular dan mendorong lebih banyak orang untuk memilih kata-kata yang membangun, sehingga menciptakan perubahan yang lebih luas di masyarakat. Ucapan yang positif dapat mengurangi kesalahpahaman yang sering terjadi dalam komunikasi. Ketika kita berbicara dengan jelas dan penuh perhatian, orang lain lebih mungkin memahami maksud kita dengan benar.

Harapan terbesar adalah menciptakan keharmonisan dalam masyarakat. Dengan mengedepankan bicara positif, kita dapat mengurangi konflik dan memperkuat persatuan dan keharmonisan, sehingga bangsa ini dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun