Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dhania dan Janji Manis ISIS yang Menyesatkan

6 Agustus 2019   14:34 Diperbarui: 6 Agustus 2019   21:16 36209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Bersama Dhania, sebelum berangkat balik jakarta, pasca menjadi pembicara di kota manado) | dokpri

Kini dua tahun pasca pelarian dari kelompok ekstremis bernama ISIS itu, Dhania dan keluarga kembali memulai hidup baru. Dhania sendiri kini wara-wiri di berbagai kegiatan bertajuk perdamaian atau menjadi pembicara guna membentengi anak-anak muda dari virus bernama ISIS dengan kedok agama dan surga sebagai jaminannya.

Paling baru kemarin Dhania mengunjungi Kota Manado untuk menjadi pembicara, memberikan pencerahan ke anak-anak di sana betapa penting menggunakan sosial media untuk hal-hal yang positif. Senantiasa selalu berpikir kritis ketika menemukan konten-konten ajakan untuk berjihad, konten-konten anti perbedaan, dan lain-lain.

Belajar dari Dhania
Dari apa yang dibagikan oleh Dhania perihal bagaimana ISIS bisa memainkan media sosial dengan sangat baik untuk merekrut anggota baru di atas, kita hari ini seharusnya bisa lebih selektif dalam mengakses situs-situs yang mengarah pada aksi-aksi kekerasan tetapi selalu dibalut dengan dalil-dalil agama, juga dengan imbalan surga dunia dan akhirat. 

Tidak hanya harus selektif. Kita yang hari ini paham dan mengetahui bahwa strategi merekrut anggota dengan manggunakan media sosial cukup efektif dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrem, seharusnya mampu untuk melawan mereka.

Cara perlawanannya yaitu membuat konten-konten positif dan terus mengabarkan perihal Islam yang ramah dan damai, bukan Islam yang senang mebunuh dengan dalil dan dasar karena si A kafir dan si B wajib mati karena bukan dari golongan mereka.

Dari apa yang disampaikan oleh Dhania di atas kita juga bisa sangat tahu, betapa pendidikan agama di dalam keluarga juga harus tersentuh, sebagai bekal awal mereka sebelum bertemu dengan berbagai macam bacaan di luar rumah. Semua itu bisa berjalan baik jika tercipta iklim keluarga yang kondusif yang mau membuka ruang diskusi di tengah kesibukan yang melanda.

Juga yang paling terpenting untuk mereka yang hari ini senang dengan tema-tema seputar hijrah dan semangat ingin berubah karena melihat teman atau sahabat terlihat anggun karena berpakaian yang katanya simbol keimanan. Justru ternyata semua itu menjadi pintu masuk yang sangat efektif oleh kelompok-kelompok yang mempunyai agenda lain selain dakwah Islam.

Dhania dan keluarga telah merasakan bagaimana susahnya proses melarikan diri dari tipu daya ISIS, yang semula menjanjikan surga justru tetiba di sana tidak ada satu situasi atau iklim yang menggambarkan surga, layaknya yang dijanjikan.

Ini menjadi tugas kita bersama, bahwa yang namanya radikalisme agama, juga esktremisme tidak akan pernah dibenarkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebab itu bisa memecah belah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun