Mohon tunggu...
Fakhriyah Khoirun Nisa
Fakhriyah Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pengarang

Saat ini tengah menempuh pendidikan di SMAN 1 Bekasi. Hobi menulis karya fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Ingkar (Hikayat Patani)

30 April 2023   15:35 Diperbarui: 30 April 2023   15:41 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

o0o

Purnama berganti purnama tak terasa. Seperti rutinitas sorenya, Raja Kerub bersantai di teras. Namun, sore ini ada yang berbeda, sekerumun rakyatnya tiba-tiba menghampirinya dan mengatakan bahwa Naqpa beserta sebagian rakyatnya tengah membabati hutan sejak tiga hari lalu. Kabar tersebut lantas meremas jantung Raja Kerub. Kemudian Raja Kerub langsung memerintahkan seluruh rakyat untuk ikut bersamanya ke hutan. Mereka pun bergegas menuju hutan membawa segala perasaan murkanya kepada Naqpa.

Sesampainya di hutan, terlihat Naqpa tengah mengawasi para rakyatnya yang sedang menebangi pohon.

“Naqpa! Apa yang kamu lakukan?” pekik Raja Kerub.

“A-ayah. K-kenapa Ayah ke sini?” tanya Naqpa tergagap-gagap.

“Kamu telah melanggar perjanjian! Anak tidak tahu diri!” bentak Raja Kerub.

Mendadak Naqpa Terisak. “Maaf, maafkan aku. Aku mohon dengan sangat, Ayah. Sungguh aku tidak bermaksud demikian. Ampuni aku.”

“Sungguh, demi Tuhan, kamu telah melanggar perjanjian, juga merusak alam ciptaan-Nya. Demi Tuhan hidupmu akan sengsara hingga akhirnya hayat!” Raja Kerub berseru dengan suara yang amat menggelegar hingga membuat seisi hutan bergetar.

Naqpa terpaku atas ucapan terakhir sang ayah. Rasanya tak ada lagi kata yang mampu menjawabnya. Raganya seperti kehilangan jiwa yang lenyap terbawa semilir angin hutan. Pepohonan, seisi hewan penghuni hutan, pun semburat jingga di kaki cakrawala senja menjadi saksi bisu atas sebab kenestapaan hidup yang dialami Naqpa hingga akhir hayatnya.

Bekasi, 27 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun