Mohon tunggu...
Analisis Pilihan

Habis "Sontoloyo" Terbitlah "Genderuwo"

10 November 2018   18:57 Diperbarui: 10 November 2018   19:25 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari pernyataan Jokowi, genderuwo adalah makhluk mitologi masyarakat lokal nusantara. Antropolog asal Amerika Serikat Clifford Geertz mengklasifikasikan mahkluk halus di Indonesia dalam 5 jenis, yakni memedi, lelembut, tuyul, demit, serta dayang.

Memedi disebut Geertz adalah sejenis makhluk yang secara harfiah tukang menakut-nakuti. Genderuwo termasuk golongan memedi atau yang tugasnya menakut-nakuti. Genderuwo adalah jenis memedi laki-laki, sedangkan untuk yang perempua disebut 'wewe'.

Dari istilah-istilah politik yang Jokowi kemukakan itu, banyak yang kemudian mempertanyakan, siapa yang dimaksud oleh Jokowi sebagai yang menggunakan cara "politik sontoloyo" dan politik genderuwo itu. Ini akan menjadi sebuah bola liar, semakin panas ketika banyak pihak mulai angkat bicara dan memberikan penafsirannya masing-masing.

Sasaran yang sangat kontras tentu adalah para politisi. Menurut Abdul Kadir Karding, saat di Jakarta, Jum'at 9 November 2018. Beliau menuturkan, "Jadi, pernyataan Pak Jokowi itu untuk semua orang, calon pemimpin maupun politisi, yang pernyataan-pernyataannya membangun narasi propaganda, tentang membangun ketakutan dan kegalauan di tengah masyarakat". Memang, masyarakat kerap kali dihantui oleh isu-isu palsu, hoaks, nyinyir, yang fitnah yang tujuannya menaku-nakuti.

Jokowi melihat, banyak politisi yang pandai memengaruhi masyarakat. Namun, yang amat disayangkan oleh beliau adalah para politisi cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban. Tentu,harapan Presiden Jokowi agar cara berpolitik seperti itu segera ditinggalkan, sehingga rakyat jangan sampai terus diberikan isu-isu recehan yang tidak substansial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun